Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENULIS kenamaan Amerika Serikat Stephen King mengaku gagal paham terhadap sosok pengusaha Elon Musk, seperti ketika Elon mengambil alih Twitter.
"Sebanyak US$44 miliar (hampir Rp646 triliun) untuk sebuah hal yang pada dasarnya adalah mainan media sosial, sesungguhnya agak konyol," kata King seperti dilansir Business Insider, Minggu (30/4).
Penulis spesialis fiksi horor, supranatural, kriminalitas, fiksi ilmiah dan novel fantasi itu menyebut bahwa langkah Elon untuk membeli Twitter layaknya frasa amukan badai dalam sebuah cangkir kecil teh, alias peristiwa sepele yang terlalu dibesar-besarkan di luar proporsi.
Baca juga : Twitter Beri Centang Biru ke Akun Palsu Disney
Meski begitu, King mengakui betapa Elon Musk adalah sosok yang luar biasa utamanya lewat kreasi kendaraan listrik Tesla. Sebagai pemilik Tesla sejak generasi awal, King menilai apa yang dilakukan Elon dengan kendaraan listriknya adalah pencapaian serius pada zaman ini.
Ia juga salut dengan kreasi Elon Musk dengan jaringan satelit Starlink dan sumbangan sang miliarder untuk Ukraina. Tetapi perihal Twitter, King beranggapan beberapa kebijakan Elon membuatnya sedikit menggaruk kepala --termasuk keputusan membuat centang biru pada akun Twitter King tanpa seizin darinya. "Saya tidak habis mengerti," katanya.
Baca juga : Di Tangan Elon Musk, Valuasi Twitter Terjun Bebas
Menurut King, Twitter adalah situs yang bagus untuk gosip dan lelucon bapak-bapak, namun dia tidak menganggap situs itu terlalu serius. Ia juga menambahkan bahwa platform media sosial itu menjadi "sangat aneh" sejak Musk mengambil alih Oktober silam.
"Sekarang ini banyak orang yang tidak dikenal telah menjadi bagian dari feed akun saya. Saya mendapatkan cuitan dari Matt Gaetz, Jim Jordan, Lauren Boebert, dan sejumlah orang lain yang beranggapan apa yang dilakukan Trump adalah hal-hal kocak," keluhnya.
Dalam wawancara tersebut, King mengatakan dirinya belum berniat meninggalkan Twitter, namun tetap merasa tidak setuju dengan gagasan centang biru Twitter.
"Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri atau apapun, namun saya dibayar untuk menulis. Saya tidak perlu membayar untuk (berlangganan centang biru Twitter) itu," terangnya.
Selama ini diketahui bahwa hubungan King dan Musk tergolong rumit. Sejak beberapa tahun lalu, keduanya saling berkomentar lewat Twitter. Pada 2019, King memuji Musk atas fitur "kentut" milik Tesla dan Musk berterima kasih pada King karena telah membeli Tesla.
Belum lama ini, King sempat memanfaatkan Twitter untuk mengkritik apa yang dikerjakan Musk di perusahaan media sosial tersebut. Ia menyebut bahwa Musk "sangat cocok" untuk Twitter tahun lalu, yang dibalas Musk lewat sebuah cuitan apresiasi dan mengundang sang penulis ke kantor pusat Twitter.
"Stephen King adalah salah satu orang paling kreatif di Bumi. Meskipun saya mungkin tidak setuju dengan semua yang dia katakan, saya benar-benar ingin mendengarnya," cuit Musk pada November lalu. (Ant/Z-4)
Film ini diambil dari novel Tabayyun karya Ilyas Bachtiar.
Temukan novel terbaik! Rekomendasi bacaan menarik, bikin ketagihan, dan penuh inspirasi. Jelajahi dunia baru lewat kata!
Novel biasanya ditulis dalam gaya naratif dan memiliki struktur yang lebih luas dibandingkan cerpen.
Novel biasanya terdiri dari beberapa bab dan memiliki jumlah kata yang lebih banyak dibandingkan cerpen. Membaca novel juga bisa dengan mudah melalui aplikasi di HP.
Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati merupakan novel yang mengeksplorasi tentang tema kesehatan mental.
FILM Bumi Manusia adaptasi novel Pramoedya Ananta Toer (Pram) versi panjang, sekitar 5–6 jam, akan tayang di KlikFilm.
Prof Agus telah menulis dan menerbitkan 11 buku yang membahas berbagai topik seputar politik, keamanan, dan hubungan internasional.
Sutradara kondang Hanung Bramantyo kembali menunjukkan produktivitasnya dengan menghadirkan dua film pada Februari ini.
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Kelima Penulis dongeng Indonesia ini menghasilkan karya legendaris yang menghibur sekaligus mendidik.
Han Kang, yang kini berusia 53 tahun, sebelumnya dikenal luas berkat karyanya The Vegetarian, yang memenangkan Man Booker International Prize pada 2007.
Penamuda mengundang para penulis untuk berkolaborasi menulis buku dengan beragam tema.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved