Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Dua Musisi Tradisional Australia akan Tampil Bersama G20 Orchestra

Joan Imanuella Hanna Pangemanan
09/9/2022 05:49
Dua Musisi Tradisional Australia akan Tampil Bersama G20 Orchestra
Dua musisi tradisional asal Australia berlatih bersama dengan tim orkestra G20(MI/Joan Imanuella Hanna Pangemanan)

PADA Rabu (7/9), di Aula Simfornia, Jakarta, Ngulmiya Nundhirribala bersama anaknya Nayurryurr Nundhirribala mengadakan latihan pertama bersama semua anggota tim orkestra G20. 

Sehari sebelumnya, mereka sudah melaksanakan latihan pendek namun ada beberapa anggota yang belum hadir. Sebelum Latihan tersebut dimulai, para wartawan diberi kesempatan untuk bertanya kepada dua musisi asal Australia tersebut.

Ngulmiya, atau yang lebih akrab disapa Grant, merupakan pemimpin upacara ikonis dan pelantun lagu penduduk asli dari Arnhem Land dengan ciri khas suara penampilan yang megah. 

Baca juga: Air Supply akan Konser di Jakarta, Desember, Ini Harga Tiketnya 

Di kesempatan kali ini, dia diundang Pemerintah Indonesia untuk bergabung bersama puluhan musisi dari berbagai negara untuk berkolaborasi dan membawakan lagu yang mempunyai latar belakang yang signifikan bagi kedua negara, yaitu Indonesia dan Australia.

Lagu tersebut berjudul Dhumbala, yang berarti Bendera Merah. Lagu ini bercerita tentang kakek Grant, yang bepergian dengan kapal dan akhirnya bertemu dengan pelaut dari Makassar. 

“Kakek saya membawa pipa dan pisau dari Indonesia setelah tinggal selama kurang lebih 6-8 tahun,” ujar Grant. 

Tidak hanya membawa barang-barang tersebut, sang kakek juga membawa cerita yang akhirnya diturunkan pada ayahnya hingga pada cucunya yang saat ini berusia 9 tahun. 

Bahkan, nama anaknya yaitu Nayurryurr berasal dari bagian perahu Makassar tua. Nayurryurr saat ini menjadi generasi keempat yang meneruskan jenis musik tradisional ini. Dia juga akan memainkan didgeridoo, sebuah alat musik tradisional dari Australia berbentuk pipa bersama dengan orkestra G20.

Persiapan untuk lagu ini dilakukannya selama 10 hari. Dia mengaku merasa kesusahan dalam menggabungkan lagunya dengan alat musik lain seperti biola, cello, drum, flute dan lain-lain. 

“Tampil dengan instrumen lain merupakan sesuatu yang sulit, namun saya tetap ingin bekerja sama dengan instrumen lain,” ungkapnya.

Dari beberapa lagu tradisional yang pernah dibuatnya, terdapat pesan-pesan khusus yang ia masukan ke dalam lagu tersebut. Pesan-pesan tersebut erat dengan upacara khas Australia seperti upacara pengasapan dan juga bendera merah.

Latihan pada Rabu (7/9) merupakan latihan terakhir sebelum seluruh anggota orkestra yang dibentuk khusus untuk G20 itu berangkat ke Magelang pada Kamis (8/9). 

Latihan itu dihadiri banyak tamu undangan termasuk Stephen Tong, yang merupakan dirigen utama dan pengarah artistik. Sang anak, Eunice Tong, akan menjadi konduktor untuk orkestra G20. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya