Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PENULIS dan sineas Djenar Maesa Ayu berharap film-film Indonesia bisa menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial yang terjadi di sekitar.
Film terbaru yang ia bintangi, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, salah satunya, menyinggung soal toxic masculinity dan mengusung tema kisah cinta tragis di dunia yang maskulin; berlatar di tahun 1980-an.
"Terlepas dari apakah setting ini berada di tahun 80-an atau tidak, saya yang berperan sebagai Rona Merah di sini rasanya menjadi... bittersweet. Saya sangat mengagumi karya-karya Eka Kurniawan (sastrawan), saya sangat mengagumi Edwin (sutradara), dan bahagia bisa bekerja sama dengan banyak kawan film lainnya," kata Djenar dalam jumpa pers di Jakarta, pekan lalu.
Baca juga: Adipati dan Della Mengaku tidak Kesulitan Berduet di Akhirat: A Love Story
"Tapi, ketika memerankan langsung, saya merasakan segala sesuatu -- represi -- itu bukan hal yang baik dan tidak akan pernah baik. Ini adalah tema yang ingin diusung Eka Kurniawan dari awal dan energi inilah yang diteruskan Edwin lewat filmnya," tambahnya.
Edwin, sebelumnya mengatakan kejantanan adalah tolok ukur kelelakian. Budaya toxic masculinity memaksa lelaki untuk tidak terlihat lemah dan masih sangat terpampang di Indonesia hari ini, di masyarakat yang seharusnya kini lebih terbuka pikirannya dan demokratis ketimbang di era 80an/90an.
"Saya melihat Indonesia berusaha keras mencoba mengatasi rasa takutnya akan impotensi. Ketakutan yang membawa kita kembali ke budaya kekerasan yang dinormalisasi," kata Edwin.
Melanjutkan, Djenar mengatakan penting untuk menyoroti hal-hal yang menjadi konstruksi sosial seperti maskulinitas dan feminitas yang pada akhirnya membuat seseorang lebih merasa berkuasa, dan kekuasaan ini bisa melakukan apa saja untuk manipulasi orang lain. Ia ingin hal ini tidak terjadi lagi.
"Mungkin dihentikan masih susah, ini adalah perjuangan panjang kita semua. Tapi, paling tidak melalui film ini, ada awareness-nya," kata Djenar.
Ia menambahkan, "Baik di naskah (film) dan novelnya, ini adalah sesuatu yang sangat serius. Ada unsur kekerasan, politik, tapi diceritakan dengan sangat ringan, dan itu luar biasa. Harapan saya sangat besar untuk film ini, bukan hanya untuk awareness, tapi juga penonton bisa datang ke bioskop dan menjadi titik balik kita semua untuk merayakan film-film Indonesia kembali."
Sementara itu, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan tayang mulai 2 Desember di bioskop seluruh Indonesia. Film itu mendapatkan klasifikasi 17+ dari Lembaga Sensor Film, meski Palari Films mengimbau film ini untuk 18+ (Khusus Dewasa). (OL-1)
Sosok Melanie Putria tidak hanya cantik dan menawan, dirinya memiliki hobi lari dan menekuni gaya hidup sehat.
Juan Alvear, seniman kuku selebritas, telah membawa seni manicure ke tingkat yang baru dengan desain unik dan mencolok yang kerap tampil berantakan namun artistik.
Selain mengunggulkan desain dan kualitas, jenama busana muslim asal Sumenep ini menggandeng sejumlah selebritas sebagai strategi membidik pasar premium.
Sejumlah brand pun siap berlomba-lomba menyediakan berbagai penawaran menarik kepada para pengguna dan konsumen khususnya kalangan perempuan.
Dia tidak menyangka dengan usianya yang sudah menginjak kepala lima, terpilih sebagai brand ambassador perawatan kecantikan.
Mi Singapur yang disantap Nagita pun tak luput dari perhatian, dengan cita rasa yang begitu autentik dan memikat.
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan tayang di seksi World Focus ,yang jadi pemutaran perdana film itu di Negeri Sakura.
Film itu merupakan adaptasi novel karya Eka Kurniawan berjudul sama, dan naskahnya dikerjakan bersama oleh Edwin dan Eka.
Malam Anugerah Piala Citra akan dihelat pada 22 November 2022 mendatang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved