Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
DO You See What I See (DYSWIS) adalah satu kanal siniar (podcast) yang sudah ada sejak 2018, dan kini memiliki lebih dari 300-an episode. Dari podcast bergenre horor itu, lahir produk-produk lain yang menjadi turunan konten podcastnya.
Dibentuk dan dikuratori Rizky Ardi Nugroho, Do You See What I See kini sudah memiliki lebih dari 300-an episode podcast. Formatnya yang mempersilakan para pengirim cerita untuk membacakan kisah pengalaman horor mereka, membuat Do You See What I See punya banyak massa.
Baca juga: Kevin Aprilio dan Vicy Melanie akan Menikah Tahun Ini
Kini, sudah lahir satu buku yang terbit pada lebaran tahun lalu. Tahun ini, pada Mei silam sebenarnya juga sudah ditargetkan terbit buku kedua. Bahkan, Do You See What I See mempersiapkan hingga lima buku untuk diterbitkan di tahun ini.
“Harusnya buku kedua udah terbit lebaran kemarin. Tapi percetakan tutup karena Covid-19. Jadi tertunda. Mudah-mudahan segera. Dengan penerbit sudah berbicara, kabarnya nunggu toko buku buka,” ungkap Mizter Popo, panggilan untuk Rizky, saat siaran langsung di Instagram bersama Media Indonesia pada Selasa (14/7).
“Ada sekitar 11 cerita, kombinasi dari cerita yang sudah ada di podcast Do You See What I See, tetapi lebih detail, dan ada yang memang belum naik di podcast. Menariknya, nanti pembaca buku kita juga bisa menggunakan audio companion. Jadi di bukunya ada QR code, bisa dipindai, lalu teman-teman bisa membaca bukunya sembari mendengarkan backsound musiknya. Ini buat membangun suasana si pembaca,” jelas Mizter Popo mengenai buku keduanya.
Selain buku, dari konten cerita horor yang ada di podcast Do You See What I See juga sudah lahir gim bernama Memories. Gim itu dikembangkan oleh Agate, pengembang gim asal Bandung, yang bekerja sama dengan Ciayo. Gim Memories ini bergaya cerita visual interaktif.
Kini, persiapan lain dari pengembangan konten Do You See What I See ialah serial dan film layar lebar. Rumah Eyang, yang menjadi konten mula Mizter Popo sudah dikontrak oleh salah satu rumah produksi untuk diangkat ke film layar lebar. Saat ini, proses tersebut dalam tahap pengembangan naskah.
“Sebelum pandmei kemarin sudah ada pembicaraan akan jalan juga dengan salah satu OTT untuk bikin series 13 episode. Ada beberapa cerita menarik yang akan kita visualisasikan. Ada juga memang cerita yang belum dipublikasikan di podcast,” paparnya mengenai adaptasi cerita di podcast menjadi serial.
Mizter Popo memperlakukan Do You See What I See sebagai kanal podcast yang menampung segala cerita dari siapa pun dan dari mana pun si pencerita berasal. Tidak ubahnya, DYSWIS menjadi hub storytelling. Dan sebagai panggung untuk siapa pun bisa bercerita.
“Saya senang ketika mendengarkan teman-teman bercerita, dengan logat, aksen, dan karakter mereka. Ini menjadi unik. Sayangnya, terkadang masih ada feedback negatif dari pendengar. Padahal kan cara orang bercerita memang berbeda-beda.” tandasnya.
Baca juga: Markle Ajak Remaja Putri Abaikan Suara Negatif di Dunia Maya
Industri podcast yang menurutnya tergolong masih baru di Indonesia, Mizter Popo pun mengajak para pembuat konten untuk masuk platform ini.
“Kan belum crowded banget seperti Youtube yang mau cari apa saja ada. Podcast masih bisa kita pilah. Ada yang ngobrol, talkshow, bercanda, puisi, atau horor. Kategorinya masih belum banyak. Jadi kalau mau masuk ke podcast, juga dengan kreativitas yang baru, jangan hanya amati lalu tiru. Tetapi modifikasi dalam bentuk kreatifitas lain.” pungkasnya.
(OL-6)
Seperti halnya kehidupan nyata, jalan menuju impian tidak selalu mulus.
Dibintangi oleh sebagian besar para pemeran yang berdarah Indonesia Timur dengan cerita yang ditulis dan disutradarai oleh kreator berdarah Indonesia Timur.
masyarakat diminta bijak dalam mengelola sampah selama pandemi covid-19. Ia mengatakan terdapat peningkatan penggunaan plastik kemasan hingga 30% dalam dua tahun terakhir
Sutradara Film Hitam Sidharta Tata mengatakan, ide menggarap film Hitam awalnya didasari keberanian tim pembuat cerita untuk bereksperimen.
Per 1 Juli 2020, Pemprov DKI Jakarta melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai di pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan pasar rakyat.
HARGA gabah dari awal panen hingga kini belum ada penurunan
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved