Yura Yunita Merakit Kolaborasi dengan Disabilitas

Indriyani Astuti
04/12/2019 02:00
Yura Yunita Merakit Kolaborasi dengan Disabilitas
Penyanyi Yura Yunita(ANTARA)

PENYANYI Yura Yunita, 28, membuat proyek Merakit Ruang Kolaborasi untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember setiap tahun. Yura mengatakan bahwa proyek ini berangkat dari keinginannya untuk melibatkan dan menyampaikan pesan lagunya, Merakit (2018), ke semua orang, tak terkecuali tunanetra dan tunarungu.

"Dari lagu Merakit itu, aku dipertemukan banyak orang-orang hebat seperti Bunda Galuh (praktisi tunarungu). Teman-teman tunarungu juga bisa menikmati lagu itu dengan cara bahasa isyarat karena musik seharusnya ialah bahasa universal," kata Yura dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/12).

Menurut Yura, bahasa isyarat memiliki sesuatu yang ‘magis’ dan bisa mendorong baik penyandang tunarungu maupun dirinya ketika menyelami makna sebuah lagu. "Bahasa isyarat pun juga magis. Bagaimana mereka bisa tahu temponya dan teman-teman tuli juga bisa mendengarkan lagu itu," ujar pelantun Intuisi itu.

Proyek Merakit Ruang Kolaborasi itu nantinya akan menghadirkan berbagai pelatihan bagi para tunanetra dan tunarungu di M Bloc Space pada 15 dan 20 Desember. Terdapat empat pelatihan, mulai kelas memasak, kelas kecantikan, kelas fotografi dan videografi, hingga kelas perkusi.

Pelatihan ini diisi oleh para praktisi terbaik dari tiap-tiap bidang, antara lain Touch and Play (perkusi), Parti Gastronomi (memasak), Wardah (kecantikan), dan sutradara Raditya Bramantya (videografi). Tak hanya berisi pelatihan saja, Yura juga akan mengajak peserta untuk berkolaborasi dengan beberapa musikus nasional untuk berduet.


Bahasa isyarat

Yura pernah menggelar konser yang dihadiri 50 orang penyandang disabilitas, yang menjadi sebuah pengalaman emosional bagi dirinya.  

"Ketika aku sudah selesai tampil, semua berdiri, beberapa ada yang menangis dan memberikan aku tepuk tangan lewat bahasa isyarat," imbuh Yura.

Saat itu Yura tampil membawakan lagu-lagunya sambil dinyanyikan dengan bahasa isyarat. Dia tampil ditemani seorang praktisi, Galuh Sukmara. Penampilan Yura mendapat apresiasi yang meriah dari penonton.

Yura mengakui, ekspresi teman-teman disabilitas membuatnya haru sekaligus bangga. Bahkan, penampilannya saat itu menjadi titik awal dirinya bangkit dan mulai membuat proyek kolaborasi dengan disabilitas.

Yura mengaku sempat menghadapi beberapa tantangan ketika menerjemahkan lagu Merakit ke bentuk bahasa isyarat agar dapat lebih inklusif untuk dinikmati tunarungu.

"Bahasa isyarat sehari-hari dan untuk mengekspresikan ke bentuk lagu itu beda banget," kata perempuan kelahiran 9 Juni 1991 itu. "Misalnya, ada lirik “ketika ku terjatuh”, itu bukan terjatuh dalam arti harfiah, tapi terjatuh dalam hidup, maknanya berbeda, pendekatannya menggunakan isyarat sastra," ujarnya melanjutkan.

Lebih lanjut, penyanyi solo wanita terbaik AMI Awards 2018 itu mengatakan bahwa menemukan persamaan atas interpretasi makna dari lirik lagu bersama Galuh Sukmara.

"Lirik per lirik maknanya sangat dalam buat aku dan itu tidak instan dan mudah untuk membuatnya ke bahasa isyarat bersama bunda (Galuh). Apakah rasa yang aku rasain itu sama? Menyanyi pakai bahasa isyarat itu sesungguhnya mengekspresikan lirik demi lirik," kata dia.

Ketika belajar mendalami bahasa isyarat, Yura menyadari bahwa musik merupakan bahasa universal untuk mengirimkan pesan dan emosi, tak terkecuali tunarungu. "Dan aku akhirnya merasa bahwa pesan itu bisa sampai ke teman-teman tuli. Ke depannya, ingin membuat lagu ke bahasa isyarat lagi," ujar Yura. (Ant/H-3)

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya