Headline
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.
Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.
AKTOR laga Yayan Ruhian, 50, kembali berlaga di sinema Hollywood dalam film waralaba John Wick Chapter 3 Parabellum. Rasa bangganya kali ini berlipat ganda. Pasalnya bukan hanya silat, ia memperkenalkan senjata khas Indonesia kerambit.
Kerambit ialah senjata semacam sabit kecil yang melengkung matanya dan bergolok pendek. Senjata itu digunakan saat Yayan melawan Keanu Reeves, pemeran John Wick. Penggunaan kerambit merupakan permintaan dari sutradara untuk menunjukkan senjata khas dari suatu negara.
"Sebagai masyarakat silat, kami bangga. Di film-film saya sebelumnya, hanya bisa kenalkan silat. Namun, dalam John Wick 3, yang menjadi kebanggaan lainnya, selain memperkenalkan silat, kami juga perkenalkan senjata khas Indonesia, kerambit," ungkap Yayan seusai pemutaran film terbarunya, Selasa (14/5), di kawasan Jakarta Pusat.
Selain itu, Yayan merasa spesial bisa berduet dengan aktor Indonesia yang lain, yakni Cecep Arif Rahman, dan berdialog bahasa Indonesia. Menariknya, sesuai dengan permintaan sutradara, Keanu pun membalas dialog mereka dengan bahasa Indonesia.
Keterlibatan Yayan dalam film itu atas rekomendasi casting director Star Wars VII, yang terlibat dalam produksi Parabellum. Selain itu, rumah produksi dari sang sutradara Chad Stahelski, pernah berkomunikasi dengan Gareth Evans, sutradara The Raid, untuk kemungkinan mengombinasikan gaya berlaga The Raid dengan filmnya.
Kehadiran silat dalam film waralaba Hollywood disambut antusias Yayan. Pemeran Mad Dog dalam The Raid ini berharap silat bisa tampil di film lain.
"Kami kenalkan pencak silat dari satu panggung ke panggung lainnya, dari festival ke festival, dan yang menonton hanya pencinta bela diri. Melalui layar lebar, ini kebanggaan buat kami, dan kesempatan bisa kenalkan silat lebih bisa ditonton generasi Indonesia," ujarnya.
Langkah itu bukan tanpa alasan. Ia khawatir generasi mendatang enggan belajar silat. Jangan sampai anak Indonesia harus belajar silat ke luar negeri.
"Kami khawatir 5-10 tahun ke depan saat anak cucu belajar silat, harus diajarkan bangsa luar. Enggak heran, kalau ada perguruan silat dengan biaya murah bahkan gratis, orang malas, tetapi dengan bela diri luar, meskipun biayanya 10 kali harga selalu jadi kebanggaan. Pernah terjadi kang Cecep adakan seminar pencak silat kurang ada respons, tapi giliran murid kita dari Amerika, malah ramai," lanjutnya.
Sama seperti bahasa
Ia pun berharap penampilannya mampu membuka mata dan menyentuh para generasi muda bahwa Indonesia memiliki budaya yang patut dijaga. Bagi Yayan, latihan silat yang bukan hanya soal olahraga, melainkan juga seni dan tradisi. Bela diri adalah kebutuhan, bukan kewajiban.
Saat ini, Yayan tengah disibukkan dengan beberapa proyek film terbarunya. Salah satunya film produksi Malaysia. Film terbarunya dengan Joe Taslim tayang pada Lebaran nanti. Yayan juga dikabarkan menjalani syuting di Lithuania.
Baginya, silat sama dengan bahasa. Ketika orang sudah mengenal dan paham bahasa tersebut, ia akan mengerti gerakan dan teknik apa saja yang digunakan dalam koreografi laga.
"Saya rasa pencak silat sama halnya seperti bahasa, seperti “Aku akan makan” tapi saat jalan, "Makan yuk", dalam percakapan secepat apa pun orang yang bicara, dengan mudah kita akan mengenali cukup dari dialegnya, dari daerah mana dia.
Kalau sudah fighting, orang yang udah kenal silat, akan tahu dari gerakan Cimande atau Cikalong, atau Sumatra Barat, akan sangat jelas. Makanya, saya yakin kalau kenal silat, akan tahu gerakan-gerakan yang ada dalam koreografi laga. Dalam fighting, gerakan apa saja bisa terjadi, percampuran." (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved