Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
AKTRIS sekaligus penyanyi Dewi Sandra, 37, memiliki resolusi sendiri memasuki 2018.
Pemilik nama lengkap Dewi Sandra Killick tersebut mengaku mantap dengan rencananya untuk terus belajar ilmu-ilmu baru yang mendukungnya dalam menjalankan baik kehidupan pribadinya maupun dalam karier profesionalnya sebagai pekerja seni.
"Pada intinya saya punya niat untuk belajar yang lebih lagi ilmu-ilmu baru karena saya tahu, banyak hal yang kita atau saya sebenarnya belum tahu dan itu bisa menopang kehidupan saya," kata Dewi saat berbincang dengan Media Indonesia melalui sambungan telepon, Jumat (5/1).
Secara khusus pada tahun ini, Dewi yang memiliki darah campuran Inggris (ayah) dan Betawi (ibu) tersebut ingin belajar lebih lagi tentang kuliner, fesyen, dan tak lupa ingin terus belajar ilmu agama Islam melalui komunitas Yuk Ngaji bersama gerakan Nge-FAST yang kurang lebih visi dan misinya ialah berlomba-lomba dalam kebaikan.
"Saya tentu tahu mana-mana saja hal yang perlu saya tingkatkan, ya di kuliner, fesyen, dan agama. Dewi Sandra yang dulu tentu banyak ceritanya yang masyarakat juga tahu dan sekarang Dewi Sandra ingin jadi lebih baik saja," ungkap perempuan yang memilih berhijab sejak 2013 itu.
Soal perubahan yang tampak makin islami, termasuk di sinetron-sinetron yang dimainkannya, istri Agus Rahman tersebut mengaku makin mantap.
"Meski saya mengaku ilmu agama saya masih cetek, saya rasakan jadi makin damai saja makanya ingin lebih belajar lagi," ungkap wanita kelahiran Brasil, 3 April 1980 tersebut.
Prihatin
Selain keinginan dia untuk terus belajar, Dewi yang ikut main dalam film Ayat-Ayat Cinta 2 juga mengaku prihatin dengan kondisi masyarakat sekarang yang mudah sekali diprovokasi karena sentimen SARA.
Bagi Dewi, perilaku yang memecah belah masyarakat karena perbedaan suku atau agama merupakan cerminan dari sikap dari diri sendiri yang justru enggan belajar tentang orang lain atau kelompok lain.
"Kalau dasarnya stereotip, memang jadi susah. Makanya harus mulai dari diri sendiri, mau, tidak, belajar tentang orang lain atau kelompok lain. Saya yakin sekali kalau sudah tahu, tidak ada lagi curiga atau saling benci karena pada akhirnya tujuannya semua sama, yaitu untuk kebaikan," ungkap Dewi.
Masyarakat yang mudah sekali terprovokasi, menurut dia, perlu diingatkan lagi dengan pengalaman masa lalu bahwa justru perpecahan menimbulkan gejolak dan tentu saja trauma bagi sekelompok orang.
"Kita tentu saja tidak ingin situasi seperti itu. Kita ingin agar semua senang hidup di Indonesia meski berbeda karena memang dari dulunya kita berbeda, tetapi bisa bersatu," kata dia.
Dia juga menambahkan nasihat untuk anak-anak muda agar tidak lupa sejarah bangsa ini yang memang sudah didirikan dengan dasar yang kuat untuk mengakomodasi semua kelompok yang ada.
"Ini saja yang kita pertahankan dan itu tadi, jangan malas belajar tentang hal lain atau orang lain atau kelompok lain agar tidak terjatuh dalam stereotip semata," pungkas Dewi. (H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved