Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
DUNIA pendidikan Tanah Air patut berbangga atas prestasi Grandprix Thomryes Marth Kadja. Bagaimana tidak, pemuda berusia 24 tahun ini sudah berhasil menyandang titel doktor dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (22/9).
Titel S-3 yang diperolehnya ini bermula ketika dirinya mengikuti kelas akselerasi di SMA Katolik Giovanny, Kupang. Dia berhasil menamatkan jenjang sekolah menengah atasnya pada usia 16 tahun.
“Kalau SD-SMP seperti biasa. Hanya masuk SD-nya ketika usia lima tahun,” ujar anak guru SMA ini.
Setamatnya di SMA, GP, sapaan akrabnya, langsung melanjutkan dengan berhasil masuk Jurusan Kimia Universitas Indonesia. Tak perlu waktu lama bagi dia karena bisa meraih gelar sarjananya itu dalam waktu 3,5 tahun.
Setelah itu, dia pun langsung meneruskan ke jenjang S-2 dan S-3 di ITB melalui program beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) yang digagas Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Namun, di balik gemilangnya prestasi akademis, siapa sangka jika keseharian anak ajaib ini tidak ada yang istimewa.
Aktivitas yang dijalaninya seperti biasa, sama dengan anak seumuran lainnya. Masa kecil GP dihabiskan di Desa Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Main bersama teman-temannya menyusuri sawah dan sungai menjadi santapan sehari-hari seusai pulang sekolah di siang hari. “Main ke pantai juga,” ucap GP.
Bersama sejumlah temannya di SD Manumuti di Desa Tarus, dia sering mencari ikan sehabis pulang sekolah. Terlebih, di samping rumahnya terdapat kali yang menggoda hasrat dia bersama teman-teman kecilnya.
Memasuki usia SMP dan SMA, perjalanan baru pun dilaluinya. Dia harus menempuh jarak 15 kilometer untuk tiba di sekolahnya itu.
Setiap hari, bangun pagi tak pernah dilewatkannya agar tidak terlambat masuk sekolah. “Bangun pukul 05.00 agar tidak terlambat ke sekolah karena kan naik angkot,” ujarnya.
Berkelahi
Masa-masa remaja ini pun dilaluinya dengan penuh keceriaan. Bermain gim konsol, sepak bola, hingga berkelahi tak jarang dia rasakan bersama teman-temannya. “Kaki kiri pernah retak karena main bola, sampai harus izin sekolah sebulan,” ujarnya seraya mengaku pernah berkelahi hingga berdarah-darah.
Saat memasuki proses pendidikan di Jurusan Kimia Universitas Indonesia, GP mengaku tidak menghabiskan waktunya hanya untuk belajar.
Meski berhasil menuntaskannya saat masih berusia 19 tahun, GP tetap memiliki banyak waktu untuk bermain bersama kawan-kawan barunya di Jakarta.
GP mengaku sangat meluangkan waktunya untuk mencari hiburan seperti menonton film, makan di kafe, hingga karaoke untuk menyalurkan hobi menyanyinya. “Intinya ya sama saja. Cuma kalau saat belajar, ya harus serius,” kata dia.
Bahkan, sebagai anak muda yang sama pada umumnya, GP pun tidak mampu menolak rasa sukanya terhadap lawan jenis. Diakuinya, rasa itu sudah muncul sejak dirinya menginjak masa remaja di SMP.
“Kalau dulu masih malu untuk mengungkapkan. Sekarang setelah kuliah, baru berani,” kelakar pemuda yang sudah memiliki kekasih ini.
Namun, meski tidak meninggalkan waktu untuk bersenang-senang, dia tidak lupa akan nasihat orangtuanya. Ayah dan ibu meminta GP tetap serius dan fokus di saat waktu belajar. “Jadi kalau waktunya main, ya main. Kalau di waktunya belajar, kita harus serius dan fokus,” ujarnya.
Menjalankan nasihat orangtuanya memang tidak mudah, terlebih saat ia tinggal di kota besar selama menempuh bangku perkuliahan. Godaan untuk lalai terhadap pelajaran kerap menghantui GP.
Beruntung, dia memiliki lingkungan yang positif yang mendukung agar tetap serius belajar. Dia mengaku sering termotivasi oleh dua temannya yang berhasil mencapai prestasi akademis.
“Saya punya teman dekat ketika S-1. Aby juara OSN Pertamina 2010, Ilham juara OSN Pertamina 2011. Saya enggak ingin kalah. Akhirnya (OSN Pertamina) 2012 saya yang juara,” kenangnya. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved