Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
KEMENTERIAN Agama mengeluarkan sejumlah inovasi sebagai perbaikan dan evaluasi penyelenggaraan ibadah haji. Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Nizar Ali, menuturkan penambahan 10 ribu kuota akan berdampak pada pelayanan apabila tidak diantisipasi.
Ia menuturkan, ada 8 inovasi baru yang diberlakukan dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.
Baca juga: Dehidrasi Pencetus Penyakit Jemaah Haji Indonesia
Pertama, layanan fast track atau jalur cepat dalam proses imigrasi sudah bisa dilakukan jemaah haji dari Indonesia di terminal 2D Bandara Soekarno Hatta. Layanan ini, memangkas waktu tunggu sekitar 5-6 jam.
"Jemaah haji ketika sampai di Arab Saudi tidak melakukan check in imigrasi karena sudah dilakukan di Indonesia. Kalau di Arab Saudi check in dilakukan bersama dengan jemaah negara lain," terangnya dalam acara sosialisasi penyelenggaraan ibadah haji 2019 di Jakarta, Kamis (18/7).
Kedua, pemberlakuan sistem zonasi. Nizar menjelaskan, sistem tersebut memudahkan sosialisasi dan koordinasi antara petugas dan jemaah haji ketika di Arab Saudi. Pasalnya, bahasa, budaya, adat istiadat, kerap kali menjadi kendala sehingga jemaah akan lebih baik dikelompokan berdasarkan daerah asal mereka. Total ada 7 zonasi jemaah yang diterapkan ketika di Makkah.
"Ketika jemaah haji tersesat atau tersasar dengan adanya sistem zonasi bisa diantisipasi segera. Petugas bisa langsung mengantar zonasi dan ke sektornya," terang Nizar.
Selain itu, sistem tersebut juga mempermudah petugas dalam mengatur menu makanan. Pada penyelenggaraan haji 2018, menu makanan didasarkan pada selera nusantara. Pada 2019, ada menu-menu makanan khas daerah didasarkan pada daerah asal jemaah haji. Menurut Nizar, orang Indonesia akan lebih nyaman suasana kebatinannya apabila bersama dengan orang dari daerah yang sama.
Hal lain yang dievaluasi ialah layanan fasilitas di Arafah. Nizar mengungkapkan, pada 2018, fasilitas yang didapatkan jemaah haji Indonesia selama di Arafah ialah kipas angin. Namun, untuk tahun ini sudah dipasang alat pendingin suhu (air conditioner). Di samping itu, layanan pengangkutan barang bawaan tahun ini sudah ditangani dengan maktab (penyelenggara).
"Jemaah tidak harus membawa barang sendiri. Semua diantar ke pemondokan atau hotel masing-masing," papar Nizar.
Baca juga: 16 Kloter Jemaah Haji Bertolak dari Madinah ke Mekah
Selain itu untuk layanan di Mina, Nizar mengatakan akan ada penomoran di tenda yang akan ditempati oleh para jemaah. Penomoran bertujuan agar tenda tersebut ditempati sesuai peruntukannya. Pasalnya dari evaluasi tahun sebelumnya, seringkali tenda ditempati oleh jemaah yang lebih dahulu datang sehingga jemaah yang justru berhak tidak mendapatkan tempat.
"Tenda di Mina ada yang bukan haknya kemudian ditempati dari Arafa menuju ke Mina terlambat. Penomoran tenda menjadi perhatian kami agar tarwiyah menempati tenda sesuai peruntukannya, " kata Nizar. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved