Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ATLET angkat besi Jawa Barat Muhamad Purkon terjengkang di arena pertandingan. Wajahnya meringis, mungkin menahan sakit dan kekecewaan yang menjadi satu. Ia memang pantas kecewa karena gagal menjadi yang terbaik di kelas 56 kg pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX. Ajang di saat daerahnya menjadi tuan rumah. Meski begitu, upaya Purkon bukan tanpa arti. Baik kemenangan maupun kekalahan, para atlet yang berlaga telah memberikan perjuangan terbaik.
Perjuangan itu pula yang bisa kita lihat dalam setiap gurat wajah mereka. Di sana ada rasa sakit yang ditahan, ada semangat dan keyakinan yang dipompa, dan juga ada harapan besar akan kemenangan. Di arena pertandingan berkuda, misalnya, ada ekspresi Raden Adnan bersama kuda Amanda saat terjungkal ketika berusaha melakukan lompatan pada pertandingan berkuda nomor tim lompat rintangan usia pembinaan. Sementara itu, di arena balap sepeda, atlet Daerah Istimewa Yogyakarta Fatahillah Abdullah bersorak merayakan kemenangannya.
Kedua tangannya terkepal ke atas sebagai pengakuan diri menjadi yang terbaik di nomor tim sprint elite. Atau, kegigihan yang sama-sama diperlihatkan pegulat Jawa Barat Desi Rahayu dan pegulat Banten Misdia Putri pada perebutan medali perunggu kelas 53 kg nomor gaya bebas putri. Seluruh anggota tubuh berjuang untuk membuat lawan tidak berkutik di lantai. Semangat perjuangan dan sportivitas itulah yang semestinya mengingatkan kita akan inti sebuah kompetisi olahraga. Bukan gelar dan kemenangan daerah semata. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved