Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Kelihaian Kaki Kuswati

Liliek Dharmawan
30/9/2017 23:46
Kelihaian Kaki Kuswati
(MI/Liliek Dharmawan)

DI teras sebuah rumah sederhana di Dusun Karanggedang, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten ­Purbalingga, tiga perempuan tekun bekerja. ­Mereka merangkai bulumata palsu.

Namun, salah satu perempuan bukan bekerja menggunakan tangan. Helai demi helai bulu mata ia tata menggunakan jari-jari kaki.

Kuswati, demikian perempuan berusia 24 tahun itu disapa, ialah seorang penyandang disabilitas. Namun, kondisi tubuh yang tidak memiliki kedua tangan tidak membuatnya pasrah. Terlebih, dengan kondisi ekonomi kedua orangtua yang serbaterbatas, Kuswati tetap berusaha menjadi anak yang berdaya.

Dalam sehari, jika badan bugar, ia dapat menyelesaikan 20 bulu mata palsu. Memang pekerjaannya tidak sampai tahap selesai sepenuhnya, tetapi 70% dari proses pengerjaan bulu mata atau yang di sana biasa disebut ngidep. Kuswati mengerjakan tahapan penataan (nyantel).

Dengan harga satu bulu mata sekitar Rp200, dalam sebulan ia biasa mengumpulkan uang Rp12 ribu. “Kalau dihitung-hitung memang kecil pendapatannya. ­Namun, hanya pekerjaan ini yang dapat saya lakukan. Saya bersyukur bisa mandiri meski hasilnya kecil. Setidaknya dapat membantu orangtua sedikit-sedikit,” ungkapnya.

Tidak hanya bekerja di teras, Kuswati juga terbiasa mengerjakan segala urusan rumah tangga. Menyapu dan melipat baju sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari, sementara sang ibu memasak.

Kemandirian Kuswati pun menjadi kebanggaan pada ibunya, Ruswati. Perempuan berusia 49 tahun ini masih ingat bagaimana buah hatinya mendapat perundungan ketika kecil. Kondisi itu pula yang membuat Ruswati tidak tega untuk mendorong Kuswati tetap bersekolah.

Kini Kuswati telah membuktikan sendiri bahwa ia mampu menghadapi keterbatasan fisik itu. Bahkan ia berani bermimpi lebih besar.

Dalam benaknya, Kuswati bertekad untuk membuka ­warung kecil-kecilan. Sebab itu pula, sedikit demi sedikit upah nyantel ia sisihkan untuk mewujudkan mimpi itu. Baginya selama jari-jarinya lihai bekerja, selama itu pula ia akan terus berdaya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya