Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sektor Keuangan Hadapi Ketidakpastian

Atikah Ishmah Winahyu
10/1/2021 05:15
 Sektor Keuangan Hadapi Ketidakpastian
SEKTOR JASA KEUANGAN INGGRIS: Gedung-gedung perkantoran di distrik bisnis Canary Wharf di London, Inggris (9/11/2020).(AFP/DANIEL LEAL-OLIVAS)

INGGRIS secara resmi meninggalkan blok perdagangan Uni Eropa pada 31 Desember 2020, menandai era baru hubungan Inggris dan UE.

Setelah perselisihan selama berbulan-bulan, aturan baru untuk perdagangan akhirnya disepakati hanya beberapa hari sebelum batas waktu akhir tahun. Namun, dalam dokumen yang mencakup lebih dari 1.200 halaman, layanan keuangan sangat sedikit disebutkan. Padahal sektor ini menyumbang 7% dari ekonomi Inggris Raya dan 10% dari penerimaan pajaknya.

Salah satu masalah yang muncul ialah kliring derivatif dalam mata uang euro. Ukuran pasar derivatif Eropa mencapai 680 triliun euro atau US$834 triliun pada 2019 dan sebagian besar aktivitas kliring Eropa terjadi di bursa yang berbasis di London seperti LCH.

Sejauh ini, Otoritas Sekuritas dan Pasar Eropa telah setuju memperpanjang pengaturan kliring saat ini untuk derivatif hingga 22 Juni, memberikan lebih banyak waktu bagi institusi yang berbasis di UE untuk mengurangi ketergantungan mereka pada clearer yang berbasis di Inggris. Otoritas tersebut sebelumnya mengatakan ingin perdagangan derivatif dalam mata uang euro hanya berlangsung di dalam UE, atau di suatu tempat dengan peraturan setara.

 

Aturan kesetaraan

Kedua belah pihak telah berkomitmen untuk merilis memo kesepahaman dalam 12 minggu yang akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang aturan kesetaraan ini. Memo ini sangat penting bagi industri keuangan karena memungkinkan perusahaan yang berbasis di Inggris untuk menjual layanan ke Eropa selama regulasi tidak menyimpang secara substansial dari Brussels.

Ketua Standard Life Aberdeen, Douglas Flint, mengatakan tampaknya ada pengakuan umum bahwa stabilitas keuangan terlalu penting untuk mengambil risiko dengan keluar secara ceroboh.

"Telah ada diskusi tentang pengakuan bersama atau kesetaraan selama 4,5 tahun terakhir sehingga dibutuhkan pendekatan baru antara Inggris dan UE untuk menyepakati apa yang penting dan bagaimana infrastruktur dapat terus beroperasi," kata Flint pada Senin (4/1).

Aturan saat ini memungkinkan UE untuk mencabut hak kesetaraan bagi institusi Inggris hanya dengan pemberitahuan 30 hari sebelumnya, sebuah keputusan yang tidak dapat digugat oleh Inggris.

"Eropa selalu sangat defensif terhadap penyedia eksternal, jadi ketika Inggris dianggap sebagai penyedia eksternal, ia harus mengambil apa yang diberikan," kata Simon Gleeson, mitra di Clifford Chance.

"Oleh karena itu, tanggapan regulasi perlu menjadi tanggapan kooperatif di antara regulator nasional," imbuhnya.

Pendekatan tersebut sejauh ini hanya sedikit demi sedikit dan bersifat bilateral sementara. Misalnya, Italia pada Minggu (3/1) mengumumkan bahwa mereka mengizinkan perusahaan keuangan Inggris untuk tetap beroperasi di negara itu selama enam bulan lagi.

Menyerahkannya kepada tiap-tiap regulator untuk membuat aturan juga telah mempersulit pengaturan di lapangan. Banyak bank yang berbasis di Inggris Raya telah memindahkan personel yang mencakup pasar Belanda, Prancis, Spanyol, dan Jerman ke benua itu. Adapun bank yang mencakup pasar Italia dan Skandinavia dapat tetap berada di Inggris Raya.

 

Kesiapan bank

Mengenai kesiapan bank, Ketua NatWest Howard Davies mengatakan bahwa sementara bank-bank yang berfokus pada Inggris sebagian besar dipersiapkan untuk kemungkinan terburuk Brexit dengan mendirikan anak perusahaan di benua itu. "Apa yang tidak dapat kita persiapkan adalah ketidakpastian yang mana tetap ada," ujarnya.

"Saat ini kami belum tahu seperti apa pengaturan atau regulasi entitas lintas batas di Eropa di masa depan. Jadi ada batasan apa yang bisa dilakukan lembaga keuangan ketika masih ada bagian yang bergerak sangat signifikan di sini," tambahnya.

Dalam jangka panjang, pelaku industri masih positif terhadap keberuntungan London sebagai pusat keuangan global, dengan salah satu manajer hedge fund mengatakan bahwa dia akan tetap bersedia mendukung Inggris.

"Bisnis kami sebagian besar kebal terhadap perubahan dan sebagian besar aspek kota sangat bergantung pada bakat, pengetahuan, dan hubungan, dan karena banyak alasan hal ini tertanam di Inggris," ujarnya.

Davies dari Natwest menggemakan pandangan ini dengan mengatakan London akan tetap menjadi pusat keuangan terbesar di Eropa di masa mendatang. Akan tetapi, sejauh mana ia dapat mempertahankan bisnis intra-UE, akan bergantung pada pengaturan baru tentang kerja sama regulasi dan kesetaraan.

Mantan Menteri Perdagangan dan Penasihat Senior di Covington, Francis Maude, pun setuju dengan pandangan tersebut. "London bukan hanya pusat keuangan Eropa, tetapi pusat global. Saya berharap ini akan ditangani secara pragmatis dengan regulator yang beroperasi secara nonpolitik," tandasnya, menyimpulkan bahwa ini bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari kisah yang berbeda. (CNBC/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya