Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
TIDAK lama lagi, program vaksinasi covid-19 dimulai yang direncanakan pada minggu ketiga Januari 2021. Hal itu bisa terlaksana bila semua rencana dan tahapan vaksinasi berjalan mulus seperti diungkapkan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
"Kita distribusikan 3 juta vaksin Sinovac yang sudah datang ke Indonesia ke 34 provinsi untuk melindungi tenaga kesehatan baik dokter, perawat, maupun tenaga di garda terdepan lainnya. Nanti puskesmas dan rumah sakit yang akan memberikan," kata Nadia kepada Media Indonesia, Sabtu (2/1).
Dalam program vaksinasi nasional ini, pemerintah akan memanfaatkan terlebih dahulu vaksin impor dari produsen Sinovac yang merupakan vaksin dari Tiongkok, Novavax dan Pfizer dari Amerika Serikat, Astrazeneca dari Inggris, dan COVAX/GAVI yang diinisiasi aliansi vaksin GAVI, serta didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI).
Mengenai efektivitas vaksin, menurut Nadia, semua vaksin yang diimpor ke Indonesia tersebut sudah sesuai standar yang ditetapkan WHO.
"WHO menetapkan efikasi vaksin minimal 50%. Semakin rendah efikasi vaksin artinya kita harus meningkatkan jumlah orang yang disuntik sampai 100% untuk mendapatkan kekebalan kelompok. Tapi kita enggak usah berandai-andai dulu. Pada prinsipnya kita tunggu hasil resmi uji klinis Sinovac. Kita meyakini kalau Badan Pengawas Obat dan Makanan sudah memberikan emergency use authorization/EUA, vaksin sudah memenuhi mutu, keamanan, dan efektivitas," ujar Nadia.
Di situ Kementerian Kesehatan juga akan menjamin keamanan vaksin tersebut sebelum disuntikkan ke masyarakat luas. Vaksin juga akan terus dipantau mulai kedatangannya hingga proses distribusi ke semua provinsi di Tanah Air.
Sebelum Sinovac, ujar Nadia, Kemenkes sudah melakukan kajian rantai dingin. Gudang kulkasnya di provinsi sampai cold chain-nya di puskesmas sampai termos untuk membawa vaksin tersebut. Kajian bahwa rantai dingin itu siap di seluruh fasyankes juga sudah dipastikan kesiapannya. Kecukupannya juga diperhitungkan, dan vaksin ini tidak akan mengganggu tempat penyimpanan vaksin imunisasi lainnya.
Dari kelima jalur pengadaan vaksin tersebut, telah diperoleh jumlah dosis yang diberikan untuk Indonesia. Diperkirakan mencapai 400 juta dosis. Jumlah ini akan diupayakan untuk ditambah, mengingat untuk mencapai kekebalan kelompok, dibutuhkan kurang lebih sebanyak 468,8 juta dosis vaksin yang diperuntukkan bagi 181,5 juta jiwa.
"Kita memastikan bahwa kita bisa mengamankan jumlah tersebut," tutur Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada kesempatan terpisah. Dari 400 juta dosis tersebut, 100 juta dosis vaksin berasal dari Sinovac, 100 juta dosis dari Novavax, 100 juta dosis vaksin dari Astrazeneca, dan 100 juta dari Pfizer.
"Diharapkan vaksin-vaksin ini bisa datang secara bertahap ke Indonesia dan kita bisa segera vaksinasi bagi 181 juta orang," imbuhnya. Rencana penyuntikan dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama, pada periode mulai Januari-April 2021, bagi 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas pelayan publik. Tahap kedua, diperuntukkan 63,9 juta warga rentan dan 77,4 juta masyarakat lainnya yang diberikan sesuai pendekatan klaster. Rencananya mulai April 2021 hingga Maret 2022.
Pada kesempatan terpisah, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Yulia Sofiatin mengungkapkan vaksin covid-19 menjadi harapan untuk mendorong tubuh menciptakan antibodi sehingga mampu melawan serangan virus korona.
Penggunaan vaksin covid-19 saat ini baik di Tiongkok maupun Indonesia dalam waktu dekat, dijelaskan Yulia, baru pada tahap pemakaian dengan izin darurat untuk kelompok berisiko tinggi seperti petugas kesehatan.
Dalam uji klinis tahap tiga, peneliti memantau kadar antibodi yang terbentuk dan kejadian infeksi covid-19 pada relawan uji vaksin.
"Jika vaksin yang diuji saat ini hanya mampu melindungi kita selama, misalnya 3 bulan, dengan efikasi yang tinggi, tetap akan lebih baik mendapat vaksin daripada tidak mendapatkan," kata Yulia. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved