Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Selama ini Kita Terlena

(Atalya Puspa/H-1)
07/1/2021 03:30
Selama ini Kita Terlena
Herawati Sudoyo Wakil Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman(DOK. MI/ARYA MANGGALA)

SELAIN mengimpor vaksin covid-19 dari sejumlah produsen besar dunia, Indonesia juga tengah mengembangkan vaksin Merah Putih, melalui institusi perguruan tinggi dan lembaga penelitian, salah satunya Lembaga Biomolekuler Eijkman.

Sejauh mana hasil yang dicapai dari penelitian vaksin Merah Putih. Apakah ini pembuktian karya anak bangsa yang diharapkan bisa menjadi pengganti vaksin impor kelak? Berikut hasil wawancara Media Indonesia dengan Wakil Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Herawati Sudoyo.

 

Bagaimana perkembangan penelitian vaksin Merah Putih yang dikembangkan Eijkman saat ini?

Kita sudah sejak lama bekerja sama dengan PT Bio Farma, jadi di mana kita? Kita harap seed vaksin selesai awal Maret atau akhir Februari 2021. Positif tanpa melihat adanya kegagalan atau keterlambatan. Dari situ PT Bio Farma yang akan memimpin uji klinik dan menentukan akan bekerja sama dengan instansi mana.

 

Bisa diceritakan bagaimana proses penelitian vaksin Merah Putih, dan apa perbedaanya dengan vaksin covid-19 yang diimpor?

Vaksin Merah Putih sama degan vaksin lainnya. Bagian besar adalah bagian basic research. Pengembangan vaksin, strateginya di mana kita mulai dari awal. Bagian mana yang akan dipakai. Vaksin Merah Putih menggunakan protein rekombinan. Itu pilihan terbanyak dunia. Kalau inactivated virus tidak terlalu banyak, karena dengan metode itu kita harus membiakan virus dalam jumlah besar. Kita gak punya fasilitas itu.

Proses pengembangan vaksin, kita harus lihat bagaimana sifat virus Indonesia, di situ kita lihat dari data yang telah diinput seluruh dunia di GSAID. Dari situ kita mengambil bagian dari genom Indonesia dan memperbanyak, memasukkan itu jadi kloning ke suatu vektor atau perantara. Untuk apa? memperbanyak. Vektor itu membikin portein spike dan nukleokapsit. Nah, dari situ dihasilkan potein antigen yang akan menjadi bibit vaksin.

 

Dalam proses penelitian ini, apakah sudah ditentukan sasaran penerima vaksin Merah Putih?

Itu adalah sesuatu yang kita belum duduk bersama untuk melihat. Sekarang kalau melihat berbagai vaksin yang masuk ke Indonesia, kita tahu Sinovac menyasar untuk usia 18-59 tahun, karena mereka melakukan uji klinik untuk umur segitu. Adapun Pfizer dan Moderna di luar itu. Kalau bisa Merah Putih bisa mengover semuanya. Itu idealnya.

 

Apa yang menjadi tantangan selama mengembangkan vaksin Merah Putih?

Tantangannya banyak, Indonesia belum pernah membuat suatu vaksin beneran. Selama ini kita terlena. Kita selalu menggantungkan diri pada sesuatu yang sudah ada. Sebab, dana pengembangan vaksin besar sekali, yang namanya uji klinik besar sekali biayanya. Industri lokal tidak akan berani menaruh uangnya di situ. Bagaimana kalau tiba-tiba penyakitnya hilang? Itu pernah terjadi saat penelitian vaksin MERS. Industrinya kemudian dihentikan. Ini kan gambling.

Tapi dari situ kita belajar, kita ternyata sangat bergantung siapa pun di luar. Ini gak boleh untuk kedaulatan nasional. Kenapa kemudian kita harus memiliki? Kita tidak boleh hanya berpikir untuk hari ini. Kita berpikir untuk ke depan saat pandemi bisa datang lagi. Kita punya SDM, infratstruktur. Kita bisa kalau kita mau. Masalahnya, mau gak Indonesia bikin sendiri dan tidak bergantung pada produk luar negeri?

 

Terkait dengan mutasi virus SARS-CoV-2 dari Inggris, apakah kemudian penelitian vaksin Merah Putih melakukan penyesuaian?

Mutasi ini baru dilaporkan pada 13 Desember 2020. Yang mutasi terbaru ini kan pertama kali di Inggris. Kenapa? Apa dia memang asalnya dari Inggris? Inggris jumlah genom sequence-nya terbanyak di dunia. Karena pusat genomic di Inggris. Gak heran mereka bisa menemukan segala macam. Makin banyak mengumpulkan data, makin mudah. Kita tidak punya data. Itu bisa memengaruhi vaksin nggak? Bisa dipakai nggak? Sekarang harus melakukan penelitian untuk melihat bagaimana hubungan mutasi tersebut terhadap efektivitas gejala klinis. Apakah penyakit ini menyebabkan penyakit ini lebih parah, bagaimana penyebarannya. Virus ini lebih infeksius artinya mudah menyebar. Tapi, kita nggak bisa bilang ini menyebabkan kematian lebih banyak. Karena itu, masih terbuka terus semua kemungkinan. Kita harus melihat semua pasien tersebut dengan gejala klinik berat seperti apa, kelompok virus apa, kita harus lakukan penelitian.

 

Lalu, apakah mutasi ini sudah sampai di Indonesia?

Dari Maret 2020 itu sampai sekarang belum ada. Tapi, juga kita mesti tahu virus. Virus bermutasi sering kali secara random. Jadi dari situ kita harus melihat terus seperti apa virus yang ada di Indoneisa. Dari 125 genom sequencing dari Indonesia yang ada, belum ditemukan mutasi tersebut Untuk itu kita harus melakukan sequencing lebih banyak.

 

Terkait dengan banyaknya masyarakat yang meragukan vaksin karena berbagai hal, salah satunya kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI), apa pesan Eijkman?

Pasien atau penerima vaksin itu bisa dipantau terus supaya tidak keluar side effect. Efeknya macam-macam memang, bisa ringan sekali, nyeri di lokal, tapi juga bisa juga after effect, misalnya kelainan karena obat (alergi). Tapi, masyarakat tidak perlu khawatir karena pemerintah dan peneliti akan memastikan keamanan vaksin sebelum diberikan kepada publik.

Satu lagi yang perlu diingat, vaksin bukan sesuatu yang baru. Vaksin covid-19 adalah suatu tambahan dari vaksin yang akan kita berikan. Tidak ada alasan untuk takut. Yang boleh ditakuti ialah virusnya. Sekarang orang takut, karena orang bingung, kemudian menjadi tidak bisa berpikir lagi sebenarnya apa sih yang harus ditakuti? Tidak perlu takut, karena semua sudah sesuai dengan protap yang berlaku.

 

Apakah dengan divaksin otomatis covid-19 lenyap?

Saya ingin mengingatkan kepada publik, kita punya vaksin dan akan menggunakan vaksin. Sesuatu yang bagus karena meningkatkan imunitas kelompok dan indiviu. Tapi, dia bukan satu-satunya sejata pamungkas. Bukan silver bullets. Kita harus menggabungkan vaksin ini dengan 3T dan 3M. 3T kewajiban pemerintah mengingkatkan kemampuan test, traccing, treatment. Sementara, untuk publik, 3M tidak boleh dilupakan. (Atalya Puspa/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya