Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tetap Moncer meski Diimpit Pandemi

M IQBAL AL MACHMUDI
04/1/2021 03:55
Tetap Moncer meski Diimpit Pandemi
Pekerja menyelesaikan pembuatan masker 4-ply di Pabrik PT. Leuwijaya Utama Textile (Leuwitex), Cimahi, Jawa Barat, Sabtu (24/10/2020)(. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/hp.)

DI tengah keterpurukan perekonomian akibat hantaman pandemi covid-19, pelaku industri Tanah Air justru mampu ekspor masker dan berbagai alat kesehatan pencegah virus korona
(covid-19) hingga US$209,4 juta atau sekitar Rp2,97 triliun.

Menurut Menteri Perindustrian ( Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, ekspor masker dan alkes senilai Rp2,97 triliun itu terdiri atas US$73,3 juta ekspor masker bedah, US$62,2 juta masker kain, US$36,9 juta meltblown non-woven dari fi lamen buatan, US$23,8 juta meltblown selain fi lamen buatan, US$11,7 juta gaun bedah, dan US$1,5 juta pakaian pelindung medis (coverall).

Data Kemenperin menunjukkan pelaku industri masker dan alkes di Indonesia bisa memproduksi sekitar 37,1 juta coverall setiap bulannya. Mereka juga dalam sebulan mampu
memproduksi 24,5 juta surgical town atau gaun bedah, 343,8 juta masker bedah, dan 360 ribu masker N95.

Sektor alat kesehatan menjadi salah satu sektor industri yang tetap bergeliat di tengah tekanan pandemi covid-19 sepanjang tahun lalu.

Memasuki 2021, Kemenperin memperkirakan seluruh sektor perekonomian akan mengalami pertumbuhan.

“Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan positif, khususnya pertumbuhan yang terbesar adalah sektor farmasi, logam, dan kimia. Langkah yang dilakukan Kemenperin untuk
mendorong peningkatan setiap sektor ialah mendorong melalui berbagai kebijakan untuk memperkuat pasar dalam negeri melalui substitusi impor dan peningkatan utilisasi yang sampai saat ini masih 60%,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono saat dihubungi, Kamis (31/12/2020).

Selain sektor industri, sektor industri kecil dan menengah (IKM) juga diperkirakan akan tetap tumbuh seperti Januari 2020 atau sebelum covid-19 melanda. Namun, pemulihan itu masih tergantung dari pendistribusian vaksin.

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin Gati Wibawaningsih optimistis sektor IKM akan pulih seperti awal 2020 sebelum covid-19 bila vaksin bisa didistribusikan dengan cepat.

Dia mengatakan untuk mendukung pertumbuhan itu, Kemenperin terus melakukan pembinaan dan sosialisasi yang dilakukan, baik tatap muka maupun daring. Hal ini dirasakan bisa lebih banyak lagi menjaring masyakarat untuk disosialisasikan.

“Sosialisasi kepada pelaku industri kecil dan menengah dengan menggunakan sistem daring, informasi yang disampaikan ke masyarakat jumlahnya lebih banyak sehingga menjadi lebih bagus,” ucap Gati.

Untuk mendukung sektor IKM naik daun pada 2021, Kemenperin juga mendorong para pelaku usaha untuk masuk ke ranah daring atau e-commerce. Peningkatan e-commerce dari IKM yang sukses sekitar 7% kurun waktu April-November 2020.

“Sebanyak 7% itu dalam waktu 8 bulan. Pada 2019 hanya 4%, itu pun dari industri logam saja, tetapi ini untuk semua. Ini menandakan sektor IKM lebih giat lagi dan barangnya sudah terkurasi baik. Dan pada 2021 pasti bisa lebih baik lagi karena ada program nasional bangga buatan Indonesia. Selain itu, untuk e-commerce ini juga sebetulnya sudah dilakukan melalui e-smart IKM sejak 2017 lalu,” ungkap Gati.

Dia memprediksi beberapa sektor yang akan naik daun, antara lain industri makanan, fesyen, dan kosmetik.

Ditentukan pemulihan

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, mengatakan peningkatan atau pemulihan berbagai sektor perekonomian bergantung dari pemulihan pandemi ini. Jika pemulihan berjalan dengan baik, semua sektor akan bagus. Namun, sektor e-commerce, pertanian, dan kesehatan sudah leading sejak awal pandemi sehingga situasi pada 2021 nanti ketiga sektor tersebut lebih diuntungkan.

“Jadi, kalau kondisi dan situasi setelah covid-19 ini membaik, ketiga sektor tersebut juga akan bagus. Namun, ada hal yang harus dilakukan pemerintah, yakni menyelesaikan masalah pandemi ini agar cepat berakhir dan menjaga agar tidak ada sektor yang kolaps sehingga bisa menyebabkan dampak keuangan yang besar lagi nantinya,” jelas Hariyadi.

Selain itu, lanjut Hariyadi, harus ada juga regulasi yang membuat pelaku usaha melakukan relaksasi yang cukup untuk menyehatkan perusahaannya. Maka, kesulitan keuangan pada perusahaan bisa diatasi dan tidak terjadi kolaps. Jadi, semua sektor memiliki potensi yang bagus untuk lebih sehat pada 2021.

Hariyadi menilai dorongan pemerintah terhadap sektor usaha juga perlu dilanjutkan di tahun depan, tapi harus memperhatikan restrukturisasi utang antara debitur dan perbankan yang
harus dijaga.

Secara terpisah, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, mengatakan sektor industri kimia dan farmasi merupakan sektor yang naik daun selama pandemi bersama sektor informasi dan komunikasi, obat tradisional, jasa penunjang keuangan, tanaman, pangan, serta pengolahan sampah dan limbah daur ulang.

Namun, dia juga mengingatkan bahwa sektor pariwisata penting untuk segera bangkit karena akan berpengaruh pada sektor-sektor lainnya, seperti sektor angkatan udara, sektor perdagangan, perhotelan, angkutan darat, dan angkutan laut.

“Pada 2021 sektor yang berkembang akan bervariasi, salah satunya ditopang industri pariwisata yang mulai berkembang sehingga pemerintah harus tancap gas pada 2021 mendatang,” kata Fithra.

Sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang recovery cukup signifi kan sehingga bisa berlanjut pada 2021. Dengan asumsi tidak ada ledakan infeksi yang masif sehingga dengan penunjukan Menteri Kesehatan yang baru bisa memercayai vaksinasi masif sehingga bisa mengubah keadaan pada 2021.

Fithra juga mengatakan insentif fi skal juga berperan membangkitkan perekonomian, di sisi lain insentif nonfi skal juga besar perannya. Seperti pada 8 April 2020 keluar insentif atau relaksasi barang baku melalui Peraturan Menteri Perdagangan dan kemudian didorong ke level perpres berkontribusi positif pada kenaikan purchasing manager index (PMI) yang artinya membantu pergerakan industri karena mudah mendapatkan kebutuhan industri. (Ant/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya