Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PAMOR usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kian populer setelah tahan uji melewati dampak wabah covid-19. Perajin batik, misalnya, tak tergerus virus korona. Mereka tetap berproduksi dan pesanan mengalir jauh.
"Pesanan ada saja, justru semakin banyak," tegas perajin batik Wong Ngantang, Heru Tofan, kepada Media Indonesia, Sabtu (3/10).
Warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu mengaku sampai kehabisan stok lantaran banyaknya orderan.
Pesanan tak hanya dari Pulau Jawa, tapi jauh dari Tarakan, Kalimantan Utara, Muara Enim dan Palembang, Sumsel, serta Makassar, Sulsel. Semula cuma memesan 10 potong batik tulis.
Setelah merasa cocok, mereka menambah rata-rata 15-20 potong per bulan, bahkan ada yang sampai 60-70 potong. Heru menjual batik tulis buatannya seharga Rp250 ribu-Rp350 ribu di tingkat lokal, dan luar Jawa senilai Rp525 ribu per potong termasuk ongkos kirim.
Hasil produksi tak ia nikmati sendiri. Ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar sanggar batik tulis Wong Ngantang juga kecipratan rezeki. Mereka bekerja mencanting, mewarnai, hingga melakukan pengepakan.
Tersendatnya pemasaran secara langsung tak lagi jadi kendala bagi pembatik. Mereka bisa mengakses lewat daring. Ketua Kerukunan Pedagang Batik Mandala Pamekasan, Ahmad Zahid, bersama anggota kelompoknya sangat merasakan dampak positif setelah membuka kios daring.
Sebagian anggota membuat situs khusus penjualan batik dan lainnya menggunakan media sosial dengan membuat grup khusus pasar batik. "Kondisi penjualan batik sempat tersendat sejak pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar. Sejak kios online beroperasi, penjualan batik mulai meningkat. Tidak lagi hanya dari daerah-daerah yang selama ini menjadi sasaran penjualan batik khas Madura, tetapi juga banyak pesanan dari luar Jawa, bahkan Malaysia dan Arab Saudi," beber Ahmad.
Motif batik serat kayu dan malate satompang (bunga melati) yang selama ini tidak begitu diminati di pasaran Pulau Jawa malah mendapat sambutan meriah di luar negeri dan luar Jawa.
Bukan hanya pengusaha batik yang bisa tetap eksis di pasaran lokal dan global, perajin sangkar burung juga tetap 'merdu berkicau'. Lihatlah Sumi Sumiyati, senyumnya merekah di tengah teriknya matahari.
Perempuan itu terlihat sedang sibuk menulis catatan pada buku notula di ruangan tengah rumahnya di Kampung Kabandungan RT 04/04, Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Sumi merupakan anak Edi Mulyadi, perajin sangkar burung yang dikenal luas di Kampung Kabandungan. Sumi kebagian tugas mencatatkan barang hasil penjualan bisnis perusahaan keluarga berlabel Sunda Makmur itu.
Di kediaman keluarga Edi Mulyadi yang terbilang cukup besar terdapat beberapa ruangan. Ada ruangan workshop dengan sejumlah pekerja yang sedang beraktivitas menyelesaikan produksi sangkar burung.
Ketika DKI Jakarta memberlakukan PSBB, usaha Sunda Makmur sempat terpuruk karena tidak bisa mengirim barang. Semula karyawan hendak dirumahkan, tapi tidak jadi karena pesanan datang dari luar Jakarta. "Pengaruh covid-19 memang ada, itu sekitar Maret. Sekarang pesanan sudah stabil lagi," kata Sumi. (BN/MG/JS/AS/BS/N-1)
Era Soekamto mengatakan akan terus melestarikan dan mempromosikan batik melalui karya-karya rancangannya sebagai seorang desainer serta menghadirkan platform Nusantara Wisdom.
Bangunan ini telah bertransformasi menjadi banyak tempat di antaranya tempat tinggal dokter gigi pertama Indonesia dan sekarang hadir sebagai restoran Bunga Rampai
Melalui program Desa BRILiaN, BRI mendukung pengembangan UMKM Batik Parang Kaliurang di Sleman.
Motif Wakaroros bukan sekadar corak estetis. Ia adalah narasi visual masyarakat Dayak Basap, suku adat yang hidup berdampingan dengan rimba Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Dengan tagline produk “When Art Meets Performance”, laptop ini tidak hanya unggul secara teknologi tetapi juga membawa identitas budaya dalam perangkat modern.
Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran teknik percetakan dalam industri batik, Aisha Nadia tetap teguh menjaga warisan budaya batik tulis tradisional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved