Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Dompet Tetap Aman di Awal Tahun

Iqbal Musyaffa
18/12/2015 00:00
Dompet Tetap Aman di Awal Tahun
(MI/GALIH PRADIPTA)
HATI-HATILAH, perilaku yang tidak bijaksana dalam berbelanja bisa menjadi bumerang. Tidak hanya bagi Anda, tapi juga untuk keharmonisan keluarga. Ini pengalaman nyata yang dialami seorang pria di Provinsi Guangdong, Tiongkok. Gara-gara sang istri menghabiskan gajinya untuk berbelanja online, pria tersebut stres dan tidur bersama orang-orangan sawah di dalam pipa beton layaknya gelandangan. Seperti yang diberitakan Shanghaiist.com, beberapa waktu lalu, gaji sebagai koki yang dikumpulkan pria itu selama dua bulan habis dalam waktu 1 jam saja oleh si istri!

Tak tanggung-tanggung, total belanjanya di berbagai laman toko daring selama 1 jam itu mencapai 10.000 yuan atau sekitar Rp20 juta. Perilaku kalap belanja seperti kisah di Guangdong tadi bisa jadi sebuah pelajaran berharga agar tidak timbul sesal di kemudian hari. Salah satu yang perlu diwaspadai ialah godaan belanja di akhir tahun. Pasalnya, menurut perencana keuangan keluarga Mieke Rini Sutikno, akhir tahun ialah puncak godaan belanja karena datangnya musim libur panjang. "Akan ada libur panjang di akhir tahun dan biasanya orang sudah banyak mengambil cuti sehingga bawaannya ingin jalan-jalan dan banyak jajan. Ini mesti diwaspadai," ujar Direktur Mitra Rencana Edukasi itu ketika dihubungi Media Indonesia di Jakarta, Selasa (15/12) lalu.

Mieke menjelaskan pada dasarnya tidak ada perbedaan antara belanja di akhir tahun dan di tengah tahun. Anggaran belanja bulanan seharusnya tetap sama sehingga tidak menimbulkan guncangan berarti. Ancaman serius, imbuh Mieke, akan datang ketika muncul keinginan berbelanja di luar perencanaan karena berbagai tawaran potongan harga (diskon) yang tidak diiringi dengan kemampuan untuk membayarnya.

"Akhir tahun banyak diskon gede-gedean. Jadi banyak yang rela untuk berutang sehingga anggaran belanja melebihi bujet biasa. Biasanya Rp1 juta kemudian jadi Rp2 juta untuk beli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan," beber Mieke. Diskon, kata Mieke, pada akhirnya hanya akan membuat gaya hidup masyarakat lebih konsumtif karena kenyataannya apa yang dibelanjakan lebih banyak yang meleset daripada yang sebenarnya dibutuhkan. "Pengeluaran rutin rumah tangga kan sudah diprediksi setiap bulan. Situasi dan kondisilah yang membuat belanja tidak seperti biasanya. Terlebih bagi yang merayakan Natal perlu perencanaan keuangan yang lebih matang," sahutnya.

Tiga kiat
Untuk mengantisipasi penyesalan akibat kalap berbelanja karena godaan diskon, Mieke menyarankan untuk lebih disiplin menyesuaikan agenda liburan dengan bujet yang ada di tangan. "Carilah kegiatan yang lebih positif daripada sekadar menghabiskan waktu untuk berbelanja barang-barang yang tidak dibutuhkan di mal ataupun online shop," ujarnya. Kiat kedua diperuntukkan Anda yang hendak menghabiskan akhir tahun dengan bertamasya bersama keluarga.

Tentukan tempat yang akan dituju sejak awal. Jangan menentukan tempat tujuan secara mendadak yang mengakibatkan pada tidak jelasnya rencana anggaran. Dengan begitu, sambung Mieke, biaya yang dibutuhkan dapat diperkirakan dari awal. Pasalnya, biasanya pengeluaran membengkak kalau banyak tempat yang dituju. Semakin banyak acara dan semakin jauh tempat tujuan akan membuat pengeluaran semakin banyak.

"Kalau sudah ditentukan di awal kan jelas mau ke mana. Jangan ada pertanyaan 'Besok kita mau ke mana ya?' Nanti bingung, bisa-bisa semua tempat didatangi sehingga anggaran bengkak," pungkasnya. Ketiga, bagi Anda yang merayakan Natal, Mieke menyarankan agar mengambil paket perayaan ataupun acara-acara yang diselenggarakan di hotel atau tempat lainnya sehingga jumlah pengeluaran dapat dipastikan.

Beberapa saran Mieke ini cukup ampuh saat dipraktikkan Vivi, 23, warga Tangerang Selatan. Ia mengaku tidak tergiur oleh godaan diskon karena terbiasa menerapkan pola belanja yang ketat berbasis kebutuhan. "Kalau butuh baju ya beli baju. Anggaran belanja selama ini selalu dipatok Rp500 ribu dan kalaupun lebih, tidak pernah sampai jutaan. Selain itu, tidak ada waktu khusus untuk berbelanja. Pokoknya sesuai kebutuhan saja," ujarnya ketika ditemui secara terpisah.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya