Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Satu Kelas, Banyak Pengembang

Iis Zatnika
05/3/2017 08:00
Satu Kelas, Banyak Pengembang
(DOK DEDDY INDRASETIAWAN)

PENGEMBANG yang memanfaatkan fasilitas likuiditas pembia­yaan perumahan (FLPP) dari pemerintah, dengan lahan puluhan hingga ratusan hektare, developer rumah-rumah cluster dengan total unit hanya belasan, pengusaha rumah kontrakan hingga anak-anak muda dengan gairah besar dalam bisnis properti, bertemu dalam satu kelas di akhir pekan, sebulan penuh.

Aneka bidang dan skala usaha properti yang digeluti peserta, juga perjumpaan dengan para narasumber, para praktisi, hingga regulator yang punya pengalaman di lapangan, membuat investasi energi, waktu, dan ongkos pendaftaran terasa sepadan. Diskusi berjalan antarsesama peserta, pengajar, dan di akhir, ada pula minithesis yang berpeluang beroleh pengucuran kredit.

Pembelajaran istimewa itu terjadi pada program Mini MBA in Property, yang diselenggarakan BTN bekerja sama dengan School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) untuk mencetak developer andal. Kini pemerintah dan para pemangku kepentingan di bidang perumahan, termasuk perbankan, juga tengah kejar target merealisasikan ambisi program Sejuta Rumah.

Kolaborasi antara pusat, daerah, pengembang, dan masyarakat jadi kuncinya. Mereka yang jadi sasaran utama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), Rp2,5 juta-Rp4 juta per bulan. Namun, selain pengembang yang bermain di sektor rumah murah, pembelajaran dalam kelas yang kelas yang merupakan bagian dari Housing Finance Center (HFC) BTN ini juga bisa diikuti wirausaha properti lainnya.


Rumah harapan

Bertarung di ranah perumahan murah dengan segmen pasar masyarakat dengan penghasilan bulanan terbatas, kata Deddy Indrasetiawan, 39, Direk­tur PT Nusantara Almazia, bukan cuma memacu timnya untuk efisien, melainkan juga kerap menghadirkan pengalaman istimewa.

“Saya selalu sempatkan untuk datang pada saat akad kredit karena sekali melakukan akad, kami bisa sekaligus undang 50 hingga pernah 248 konsumen. Ada pekerja pabrik, anggota polisi bintara, pedagang kecil, tukang mi ayam. Wah seru deh, terasa sekali bagaimana rumah sederhana ini bisa sangat membantu kehidupan mereka,” kata Deddy yang juga alumnus Mini MBA in Proper­ty angkatan ketiga ketika dijumpai di kantornya di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Jumat (3/3).

Lokasi perumahan yang dibangun Deddy di atas lahan 171 hektare itu bernama Nusa Residence. Lokasinya di Kabupaten Karawang yang padat industri. Dikembangakan sejak 1996 di atas lahan berzona kuning yang memang diperuntukkan permukiman oleh pemerintah, kawasan itu kini hanya bersisa 14 hektare yang akan dimanfaatkan untuk komersial, di antaranya pasar, dengan sistem sewa.

“Di perumahan Nusa Residence, kami sudah ada sekolah dari SD hingga SMA negeri, lahannya dari kami dan yang membangun pemerintah, bagian dari fasilitas umum dan sosial. Selain itu, kewajiban peruntukan makam juga sudah kami alokasikan. Berbagai aturan yang menyangkut perumahan ini sudah kami tunaikan,” kata Deddy yang kini tengah menyelesaikan aspek perizinan untuk proyek selanjutnya, Mewah Residence, kependekkan mepet sawah, juga berlokasi di Karawang.

“Ha ha ha, ya, memang lahannya begitu, saya pikir itu nama yang pas. Proyek akan dimulai pada 2018 di atas lahan 15 hektare, targetnya masih perumahan murah. Sekarang konsumen dibantu fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), yang ditujukan bagi masyarakat dengan penghasilan maksimal Rp4 juta sehingga dapat subsidi uang muka Rp4 juta dari pemerintah,” kata Deddy.


Aneka trik

Kendati telah terbiasa dengan proyek berskala besar dan Nusantara Almazia juga telah eksis di properti selama dua dekade, tetapi Deddy mengaku tetap merasa perlu ikut program Mini MBA yang setara dengan 3 SKS sehingga bisa dikonversi ke dalam SKS MBA reguler ini.

“Di kelas, memang saya dibilang, ‘Ah Pak Deddy ini kan pemain lama’. Namun ternyata bahkan ada yang lebih senior, uniknya juga ada ibu pemilik kontrakan dan anak-anak muda yang masih belajar,” kata Deddy.
Berbagai kiat ia dapat, dari pengajar yang terdiri atas 70% praktisi dan 30% akademisi ITB itu.

“Terutama terkait dengan trik untuk menilai tanah apakah layak untuk dikembangkan atau tidak. Itu bagus banget dan aplikatif,” kata Deddy yang selalu bermitra dengan BTN untuk penyaluran kreditnya.

Berkomitmen pada program Sejuta Rumah, Deddy akan mematok harga jual Rp123 juta per unit, terdapat satu jenis tipe yang ditawarkan yaitu luas tanah 60 m2 dengan bangunan 22 meter, terdiri dari satu kamar. Proyek yang mengandalkan volume itu ditargetkan meraih keuntungan 10%-15% per unit.

“Walau sederhana, tetap dengan standar layak huni, ya. Bahkan, nomor ponsel, saya berikan kepada konsumen untuk menerima keluhan. Memang ada yang komplain, nanti saya teruskan kepada tim di lapangan,” kata Deddy yang mengaku menyakini, jika digarap optimal oleh pengembangnya, rumah bagi mereka yang berpenghasilan terbatas akan menjadi wahana penga­trol kehidupan bagi penghuninya.

“Ikut senang kalau lihat pedagang mi ayam jadinya enggak usah berkeliling, jualan di depan rumah juga laris, atau ibu yang buka warung dan dapat penghasilan tambahan,” ujar Deddy. Sejuta Rumah, banyak berkah. (M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya