Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
ASOSIASI Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) membahas dua kebijakan strategis yaitu terbitnya Putusan Mahkamah Konstitusi atas Pasal 251 KUHD, dan penerbitan SEOJK No.7 Tahun 2025. Kedua isu yang saat ini menjadi sorotan publik itu dikupas dalam diskusi pada kegiatan Media Gathering yang digelar di Toyal Tulip Hotel & Resort di Sentul, Kabupaten Bogor, Sabtu (28/6).
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari lintas pemangku kepentingan di antaranya Hendri Jayadi, seorang akademisi dan pakar hukum pidana. Kemudian ada Hasinah Jusuf, Kepala Departemen Legal AAJI, Dian Budiani, Kepala Departemen Klaim dan Manfaat AAJI dan Emira E. Oepangat, Wakil Ketua I PERDOKJASI.
Sesi pertama mengangkat tema Transparansi Asuransi Pasca Putusan MK: Implikasi dan Langkah Industri. Akademisi dan Pakar Hukum Pidana, Hendri Jayadi menjelaskan bahwa putusan MK No. 83/PUU-XXII/2024 memiliki dampak langsung terhadap prinsip dasar kontrak dalam asuransi jiwa.
“Putusan MK ini menegaskan bahwa perusahaan tidak bisa secara sepihak membatalkan pertanggungan tanpa dasar kesepakatan atau putusan pengadilan. Untuk itu, perusahaan perlu memperkuat unsur utmost good faith, memperjelas klausul, serta memperkuat mekanisme penyelesaian sengketa,” jelas Hendri.
Kepala Departemen Legal AAJI, Hasinah Jusuf menambahkan bahwa industri telah merespons putusan MK ini dengan melakukan penyesuaian teknis. “Kami telah menyusun revisi klausul polis, SPAJ, dan formulir klaim, serta berdiskusi dengan OJK. Prinsip utamanya adalah menjaga agar hak dan kewajiban perusahaan dan nasabah menjadi lebih seimbang, adil, dan transparan,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa perusahaan tetap memiliki hak menolak klaim sepanjang alasan penolakannya sudah tertulis dan disepakati dalam polis.
Sesi kedua, tema diskusi Perkembangan Asuransi Kesehatan: Tantangan Regulasi dan Inflasi Medis. Di sini para nara sumber membahas strategi industri dalam menghadapi lonjakan biaya kesehatan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Kenaikan klaim dipicu oleh inflasi medis, harga obat-obatan, hingga potensi overtreatment.
Kepala Departemen Klaim dan Manfaat AAJI, Dian Budiani menjelaskan sembilan komponen utama dalam SEOJK ini, termasuk kewajiban membentuk Dewan Penasihat Medis (DPM), digitalisasi data dengan rumah sakit, dan ketentuan co-payment.
“Co-payment bukan hal baru, dan bukan untuk membebani. Tujuannya adalah untuk mendorong kesadaran nasabah dalam memilih layanan kesehatan yang efektif dan tepat guna,” ujarnya.
Co-payment dibatasi maksimal Rp 300 ribu untuk rawat jalan dan Rp 3 juta untuk rawat inap atau sesuai dengan nominal yang disepakati antara perusahaan asuransi dengan pemegang polis.(E-2)
Dua kebijakan pemerintah yakni putusan Mahkamah Konstitusi atas Pasal 251 KUHD dan penerbitan SEOJK No. 7 Tahun 2025, menjadi momen berbenah untuk para pelaku industri asuransi jiwa.
Media Gathering 2025 ini diikuti lebih dari 25 perwakilan media massa nasional terpilih untuk berpartisipasi dalam acara team building yang digelar di Kampus UPH Lippo Village.
Memperingati 75 tahun hubungan diplomatik RI-Tiongkok tahun ini, Dubes Djauhari juga sampaikan pentingnya dukungan media untuk turut memperluas semangat dan momentum perayaan.
Komunikasi yang baik harus dijaga lantaran isu terkait pertanahan dan tata ruang merupakan isu yang selamanya akan dibahas.
Gathering dan peresmian ini telah digelar oleh hotel pada 2 Agustus 2024 lalu di area Lobby, Koffie, Keuken, hingga Plaza Hotel De Paviljoen Bandung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved