Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pakar Ekonomi Sebut QRIS dan Project Nexus Saling Melengkapi

Basuki Eka Purnama
18/6/2025 05:33
Pakar Ekonomi Sebut QRIS dan Project Nexus Saling Melengkapi
Pembeli memindai kode pembayaran QRIS saat transaksi di Solo Art Market (SAM) Solo, Jawa Tengah, Minggu (15/6/2025).(ANTARA/Maulana Surya)

PAKAR ekonomi sekaligus dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University Eisha Maghfiruha Rachbini menyampaikan pandangannya terhadap perkembangan sistem pembayaran digital global, khususnya terkait adopsi Project Nexus dan peran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dalam konteks domestik Indonesia.

Project Nexus merupakan inisiatif global dari Bank for International Settlements (BIS) dalam mengembangkan infrastruktur sistem pembayaran instan lintas negara. 

Melalui Project Nexus, sistem pembayaran instan dari satu negara dapat terhubung langsung dengan negara lain. 

"Ini menciptakan efisiensi, menekan biaya transaksi, dan membuka akses lebih luas terhadap sistem pembayaran instan secara internasional yang terjangkau," ucap Eisha.

MI/HO--Pakar ekonomi sekaligus dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University Eisha Maghfiruha Rachbini

Namun, adanya kekhawatiran di tengah masyarakat bahwa adopsi luas Project Nexus dapat 'menggeser' posisi QRIS ditanggapi Eisha yang menyebut pemikiran tersebut muncul karena minimnya pemahaman tentang perbedaan fungsi keduanya.

"QRIS adalah sistem frontend yang dirancang untuk pembayaran domestik, dan kini juga dapat digunakan di beberapa negara melalui kerja sama bilateral. Sementara itu, Project Nexus adalah sistem backend yang menghubungkan berbagai sistem pembayaran instan lintas negara secara multilateral," tutur Eisha.

Ia menambahkan, kedua sistem ini sejatinya bersifat komplementer, bukan saling menggantikan. 

"Justru integrasi keduanya dapat memperkuat konektivitas dan efisiensi pembayaran global Indonesia," kata Eisha.

Untuk menjadikan Indonesia bukan sekadar pengguna, melainkan pemain aktif dalam ekosistem pembayaran digital global, menurut Eisha, keterlibatan strategis Bank Indonesia sangat penting. 

"Sebagai otoritas sistem pembayaran, Bank Indonesia perlu dilibatkan dalam pengembangan Nexus. Selama ini, BI sudah mendorong konektivitas QRIS secara bilateral, seperti dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura. Ke depan, pendekatannya kerja sama multilateral dapat menciptakan sistem pembayaran yang lebih efisien dan inklusif," imbuhnya.

Melihat prospek ke depan, Eisha memprediksi peta persaingan sistem pembayaran digital dalam 5–10 tahun mendatang akan sangat dinamis. 

Ekosistem digital yang melibatkan penyedia jasa, regulator, dan konsumen akan terus berkembang seiring pesatnya inovasi teknologi.

"Sistem pembayaran diharapkan akan semakin inklusif, mudah digunakan, efisien, dan terhubung. Ini berdampak langsung pada peningkatan transaksi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi nasional," jelasnya.

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa perkembangan teknologi membawa risiko terhadap keamanan dan stabilitas sistem keuangan. 

"Regulator harus hadir dalam merespons inovasi dengan tetap menjaga keamanan, keterjangkauan, dan inklusi sistem pembayaran digital," pungkasnya. (Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya