Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DI tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), ekonom senior & Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% sudah tepat.
"Menimbang tekanan eksternal yang kuat dan akhir-akhir ini melemahkan posisi nilai tukar rupiah, opsi terbaik adalah BI Rate tetap ditahan di level 6% jelang tutup tahun 2024," ujarnya kepada Media Indonesia, Rabu (18/12).
Ia juga memandang tidak ada efek negatif jika BI menahan BI Rate karena prioritas bank sentral Indonesia pada jelang akhir tahun adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Ke depan, Ryan memperkirakan mata uang rupiah masih tertekan karena efek kebijakan presiden terpilih AS, Donald Trump yang akan membuat dolar AS menguat terhadap semua mata uang dunia.
"Rupiah masih tertekan di level Rp 15.900-Rp 16.200 per dolar AS," proyeksinya.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menegaskan, suku bunga acuan BI tidak hanya diarahkan pada penciptaan stabilitas nilai tukar rupiah semata, tetapi juga bisa seimbang dengan kebutuhan penciptaan daya saing dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Shinta menyebut saat ini pelaku usaha berada dalam kondisi yang tidak terlalu diuntungkan bila suku bunga BI tetap atau meningkat, karena kondisi tersebut tidak cukup menstimulasi peningkatan kinerja pasar maupun kepercayaan pelaku usaha untuk meningkatkan investasi.
"Dalam konteks pelemahan kinerja pasar yang terjadi saat ini, tentu kami menginginkan agar suku bunga BI bisa turun untuk meningkatkan optimisme dan kepercayaan pasar dalam negeri untuk melakukan kegiatan ekonomi," harapnya.
Penurunan suku bunga dinilai akan cenderung lebih kondusif menstimulasi kinerja pasar dan pertumbuhan ekonomi sektor riil. Namun, kata Shinta, hal tersebut bisa terjadi bila nilai tukar rupiah dijamin stabilitasnya dengan tidak mengalami pelemahan yang terlalu dalam. Sehingga, tidak menciptakan beban baru terhadap kinerja dan kepercayaan pasar.
"Namun demikian, kalau suku bunga turun tapi nilai tukar terus anjlok, kami tidak yakin penurunan suku bunga akan punya efek yang cukup positif terhadap kinerja pasar. Justru cenderung akan memberi sinyal pelemahan kinerja ekonomi yang semakin tinggi di Indonesia," pungkasnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menyampaikan nilai tukar rupiah hingga 17 Desember 2024 melemah sebesar 1,37% point to point dari bulan sebelumnya.
Depresiasi rupiah tersebut dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global terutama terkait dengan arah kebijakan moneter AS. Yakni, ruang penurunan suku bunga AS yang lebih rendah, penguatan mata uang dolar AS secara luas.
"Dan risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor global untuk memindahkan alokasi portofolionya kembali ke AS," terangnya.
Ia menambahkan secara umum pelemahan nilai tukar rupiah tetap terkendali, yang bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 tercatat depresiasi sebesar 4,16%, lebih kecil dibandingkan dengan pelemahan Dolar Taiwan, Peso Filipina, dan Won Korea yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,58%, 5,94%, dan 10,47%.
Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik. Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) sebagai instrumen moneter pro-market. (J-3)
Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang menetapkan BI Rate di level 5,75% alias dipertahankan merupakan keputusan yang tepat, antisipatif
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved