Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ASOSIASI Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengungkapkan tingkat utilisasi produk keramik nasional pada semester I 2024 hanya mampu beroperasi di level 62%. Angka tersebut menurun dibandingkan tahun lalu di periode yang di angka 69% dan pada 2022 berada di angka 78%.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan, penyebab utama kinerja industri keramik nasional yang menurun dari tahun ke tahun tersebut akibat gempuran produk impor ubin keramik asal Tiongkok. Asaki menuding Tiongkok melakukan praktik dumping.
"Asaki sangat menyayangkan. Seharusnya pemerintah dalam hal ini Kemenkeu bisa mengutamakan kepentingan industri nasional yang saat ini sedang terpuruk dan terlihat jelas dari angka PMI Juli dan Agustus ini yang kontraksi," ucap Edy dari keterangan yang diterima pada Senin (9/9).
Baca juga : Kemarau Jadi Berkah Bagi Perajin Keramik Plered Purwakarta
Tidak sampai di situ, Edy juga mengungkapkan industri keramik nasional juga mengalami defisit transaksi ekspor dan impor keramik dalam lima tahun terakhir sebesar US$1,24 miliar (2018-2023). Ia menilai hal tersebut semestinya tidak perlu terjadi karena industri keramik nasional memiliki kapasitas produksi 625 juta m2/tahun yang mampu memenuhi semua kebutuhan keramik dalam negeri.
"Terdapat lebih dari enam perusahaan dalam waktu beberapa tahun terakhir yang terpaksa menghentikan seluruh kegiatan operasionalnya. Ini menyebabkan terjadinya perumahan dan PHK tenaga kerja," tuturnya.
Meski demikian, Edy mengatakan Asaki masih memiliki optimisme kapasitas utilisasi keramik nasional tahun ini bisa segera membaik dan bangkit. Hal itu bisa tercapai jika pemerintah segera memberlakukan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Bea Masuk Anti Dumping (BMAD).
"Tingkat utilisasi tahun 2024 ini bisa naik level 65%-67% meski tetap di bawah target 2024 yakni 70%. Asaki menargetkan tingkat utilisasi produksi nasional bisa mencapai 80% di tahun 2025 dan di atas 90% di tahun 2026 jika besaran BMAD ubin keramik asal Tiongok di kisaran 70%-80%," imbuhnya. (E-2)
Lesunya kinerja industri keramik karena pemerintah terus membuka keran impor. Keramik asal Tiongkok dan India terus membanjiri pasar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved