Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
PRODUSEN baja swasta terbesar di Indonesia, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), menandatangani perjanjian pembiayaan hingga US$60 juta dengan International Finance Corporation (IFC). Ini adalah investasi pertama IFC di sektor baja Asia selama lebih dari satu dekade.
Kemitraan antara GRP dan IFC, lembaga pembangunan terbesar di dunia yang berfokus pada sektor swasta di negara-negara berkembang, akan membantu GRP meningkatkan produksi baja rendah karbon berkualitas tinggi di pabrik seluas 200 hektare di Jawa Barat. Pabrik ini akan menghasilkan emisi karbon jauh lebih rendah daripada rata-rata global.
Baca juga : Di Hadapan Diplomat Korsel dan ASEAN, Krakatau Posco Beberkan Rencana Investasi tahap Kedua
Selain pinjaman ini, IFC menandatangani Advisory Engagement Letter dengan GRP untuk membantu mengembangkan dan menerapkan strategi dekarbonisasi serta mendukung upaya GRP mengurangi emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan standar internasional.
Dukungan ini mencakup menjajaki berbagai opsi pendanaan untuk mendukung keputusan GRP menonaktifkan blast furnace yang baru dibangun tetapi belum pernah dioperasikan serta meningkatkan efisiensi energi teknologi electric arc furnace (EAF) serta menilai opsi dan teknologi proses hilir yang baru.
Chairman of Executive Committee GRP, Kimin Tanoto, mengatakan permintaan baja global diperkirakan meningkat 30% pada 2050 dan sebagian besar dari peningkatan tersebut akan dipenuhi oleh Asia.
Di sisi lain, produksi baja Indonesia meningkat lebih dari 90% sejak 2019 dan diperkirakan terus meningkat pada tahun ini.
Baca juga : Bahlil: Krakatau Steel Siap Perluas Investasi Baja Senilai US$3,5 Miliar
Karena itu, menurut dia, investasi IFC di GRP datang pada waktu yang tepat, seiring ambisi Indonesia menjadi produsen baja global dan mencapai emisi nol bersih pada 2060. Investasi ini juga membantu GRP mencapai target untuk emisi nol bersih pada 2050.
"Melalui kemitraan dengan IFC ini, GRP akan terus menetapkan standar baru untuk dekarbonisasi produksi baja di Asia. Investasi penting ini mengakui kepemimpinan awal GRP sebagai salah satu produsen baja rendah karbon pertama di Asia," ujar Kimin.
"Industri baja sangat penting bagi kemakmuran Asia dan dunia, tetapi kita harus cepat melakukan dekarbonisasi untuk mempertahankan kemakmuran ini bagi generasi mendatang. Jika perusahaan baja tidak beradaptasi dengan transisi hijau, aset mereka bisa tidak bernilai. Keberlanjutan selalu menjadi panduan GRP ke depan," lanjut Kimin.
Baca juga : Dapat Investasi Rp1 T, Menperin : Dongkrak Produksi Besi Baja 500 Ribu Ton
IFC Country Manager untuk Indonesia dan Timor Leste, Euan Marshall, menambahkan investasi senilai US$60 juta akan membantu memperkuat kasus bisnis baja rendah karbon di seluruh dunia, termasuk mengeksplorasi produk baja bernilai tinggi yang sesuai teknologi EAF GRP dan bisa diterapkan di seluruh industri baja global.
"Kemitraan kami dengan GRP adalah langkah besar dalam mendukung dekarbonisasi industri di Indonesia dan ini menandai investasi baja pertama IFC di Asia dalam lebih dari satu dekade. Kami senang bisa memberikan dukungan investasi dan konsultasi untuk membantu GRP mengembangkan bisnis berkelanjutan secara komersial dan lingkungan," ucap Euan Marshall.
Chief Transformation Officer GRP, Kelvin Fu, menjelaskan GRP berencana memanfaatkan kemitraan dengan IFC untuk meningkatkan daya saing dalam mengekspor baja rendah karbon ke Uni Eropa dibandingkan dengan produsen baja tradisional.
Baca juga : Tiongkok Janjikan Rp769 Triliun, Afrika Tepis Jebakan Utang
Selain itu, GRP ingin mengeksplorasi peluang baru untuk menggantikan baja impor di Indonesia yang dihasilkan dari negara-negara dengan emisi CO2 per ton yang lebih tinggi ketimbang baja rendah karbon GRP.
"Kemitraan ini juga untuk memastikan posisi GRP sebagai pemain utama dalam masa depan ekonomi dan lingkungan Indonesia. Dengan teknologi canggih dan aliansi strategis, kita tidak hanya memenuhi standar lingkungan global, tetapi juga melampauinya," tutup Kelvin. (N-2)
PT Pertamina International Shipping (PIS) berhasil mengapalkan muatan slab steel atau lembaran baja sebanyak 30.400 metrik ton dari Morowali menuju Cilegon.
PEMERINTAH perlu mengambil langkah konkret guna melindungi sektor strategis nasional.
Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, mengonfirmasi pemerintahan AS membatalkan rencana untuk menggandakan tarif impor baja dan aluminium Kanada.
PRESIDEN AS Donald Trump memerintahkan pemerintahannya untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium Kanada sebesar 25%. Jadi, total bea masuk menjadi 50%.
PT Krakatau Steel mengupayakan langkah strategis dalam menghadapi tantangan perdagangan global. Salah satu upaya yang diambil perusahaan ialah memperkuat sinergi.
PT Gunung Raja Paksi (GRP), produsen baja swasta terbesar di Indonesia, menandatangani kesepakatan bersejarah dengan Primetals Technologies Ltd, perusahaan asal Eropa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved