Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,30% (naik 22 poin) dalam sepekan ke level 7.350 pada akhir perdagangan Jumat, 22 Maret 2024. Community Lead Indo Premier Sekuritas (Ipot) Angga Septianus menjelaskan penguatan IHSG ditopang sektor kesehatan (+2,98%) dan bahan baku (+1,82%) yang menjadi top gainers, tetapi masih tersandera teknologi (-0,73%) dan infrastruktur (-0,01%) yang menjadi top loser-nya.
Pada minggu lalu ada sejumlah sentimen yang memengaruhi laju IHSG yakni suku bunga Amerika Serikat (AS) yang bertahan di level 5,25%-5,50% dan suku bunga Indonesia bertahan di level 6,00%. Sentimen selanjutnya yakni Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang menaikkan suku bunga dari -0,1% ke 0-0,1% karena inflasi. "Sayangnya market tidak ada respons, yen turun. Harusnya kalau suku bunga naik, demand currency naik dan ada capital inflow serta bond market kuat. Nyatanya di Jepang risk free rate (0,1%) belum di atas inflasi," tegasnya dalam keterangan tertulis, Senin (25/3).
Sentimen selanjutnya terkait harga minyak yang kembali meningkat setelah beberapa serangan drone Ukraina terhadap fasilitas energi Rusia. Ekspor Irak dan Saudi Arabia menurun serta ekonomi Tiongkok mulai membaik dan ada tanda-tanda perbaikan permintaan.
Baca juga : IHSG Melemah saat Penurunan Ekspektasi The Fed Pangkas Suku Bunga
Berbicara tentang prospek market pada minggu ini yang hanya akan berlangsung selama 4 hari perdagangan (25-28 Maret) karena ada libur Jumat Agung (Wafat Yesus Kristus) pada Jumat, 29 Maret 2024, Angga mengimbau para trader memerhatikan sejumlah sentimen mulai dari US GDP Growth Rate QoQ Prev 4.9% Cons 3.2%. Ia menegaskan kalau angka di bawah ekspektasi bagus. Artinya, penurunan suku bunga bisa jadi lebih cepat untuk menopang ekonomi.
Sentimen selanjutnya yakni Core PCE Price Index MoM Prev 0.4% Cons 0.3%. Data utama ini dipakai The Fed untuk mengukur inflasi. Kalau naik dibandingkan periode sebelumnya, bisa dikatakan gawat. Sentimen yang perlu diperhatikan pula pada minggu ini yakni personal income dan personal spending yang bakal menggambarkan kondisi ekonomi AS. Jika income naik dan spending naik ini sama saja belum downturn. Namun jika income turun dan spending turun, ini berartı sebentar lagi downturn dan suku bunga turun.
Didasarkan pada data-data ekonomi dan sentimen di atas, pihaknya berkomitmen mengedukasi masyarakat untuk mulai belajar investasi tanpa registrasi dengan Ipot dan terus meng-update rumor seputar saham-saham berpotensi. Ia merekomendasikan tiga saham untuk trading pada minggu ini hingga Kamis, 28 Maret 2024, yakni buy on pullback BBTN (support: 1.485, resistance: 1.800), buy on pullback ESSA (support: 590, resistance: 700), dan buy BDMN (support: 2.970, resistance: 3.250). (Z-2)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Kamis, 28 Agustus 2025, dibuka menguat 16,61 poin atau 0,21% ke posisi 7.952,79.
Meski indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi, aliran modal asing justru cukup besar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa, 26 Agustus 2925, dibuka menguat 14,01 poin atau 0,18% ke posisi 7.940,92.
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) berpotensi menguat ke level 8.000 dalam sepekan mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin, 25 Agustus 2025, dibuka menguat 73,72 poin atau 0,94% ke posisi 7.932,57.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), pada perdagangan Kamis 21 Agustus 2025, dibuka melemah 39,99 poin atau 0,50% ke posisi 7.903,83.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin, 25 Agustus 2025, dibuka menguat 73,72 poin atau 0,94% ke posisi 7.932,57.
The Fed mempertahankan suku bunga dengan kisaran 4,25%-4,5%, meski ada tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved