Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
INDONESIA terus berupaya mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan. Salah satunya melakukan kerja sama antar lembaga penelitian Amerika Serikat, National Bureau of Asian Research (NBR) dan Institute for Energy Economics (IIEE), organisasi non-profit di Indonesia.
Kerja sama lembaga penelitian tersebut dilakukan melalui gelaran Konferensi Clean EDGE Asia yang berlangsung di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, dengan tema "Energy Transitions and Equitable Development in Southeast Asia” pada 30-31 Januari 2024.
NBR merupakan lembaga penelitian di Amerika Serikat yang berfokus pada perubahan lingkungan strategis di Asia yang bertujuan untuk membantu para pengambil keputusan untuk lebih memahami Asia dan menyusun kebijakan yang konkrit dan dapat ditindaklanjuti.
Baca juga : Baru 0,3% Potensi Energi Terbarukan Dimanfaatkan, Indonesia bisa Jadi Pelopor Transisi Energi
Konferensi Clean EDGE Asia merupakan puncak dari upaya mengumpulkan pemangku kepentingan, pakar teknis, dan pembuat kebijakan dari Asia Tenggara, Amerika Serikat, dan seluruh kawasan Indo-Pasifik untuk bertukar pemahaman dan tantangan dalam meningkatkan kesadaran kolektif serta menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dapat diimplementasikan untuk mendukung dan mempercepat pengembangan serta transisi energi yang adil di Asia Tenggara.
Dalam menyelenggarakan konferensi Clean EDGE Asia 2024 di Jakarta, NBR menggandeng IIEE sebagai institusi penelitian yang berfokus pada isu energi yang berbasis di indonesia. IIEE merupakan sebuah organisasi non-profit yang berfokus pada kajian ekonomi energi dalam mendukung pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya enegi berkelanjutan di indonesia.
Konferensi ini mencakup delapan tema pembahasan utama mengenai transisi energi di Asia Tenggara, antara lain: "Southeast Asia in the Energy Transition", " Development Financing", "Pathways to Net Zero: The Role of Fossil Fuels in the Indo-Pacific", "New Energy Technologies: Hydrogen", "New Energy Technologies: CCS and SMRs, "Critical Mineral Supply Chains", "Ensuring a Just Transition", dan ditutup dengan "A Call to Action".
Baca juga : Menperin: Indonesia dan Vietnam Sepakat Kerja Sama di Ekosistem Mobil Listrik
Sebanyak 43 pembicara dari berbagai institusi membagikan pengetahuan dan pandangan mereka dalam konferensi ini.
Konferensi dibuka dengan sambutan dari Presiden National Bureau of Asian Research (NBR) Roy Kamphausen yang menyatakan konferensi ini bertujuan untuk menemukan solusi atas tantangan meningkatkan energi terbarukan dan diversifikasi bauran energi lokal, yang secara lebih luas mendukung pengembangan akses energi yang berkelanjutan dan memadai di seluruh wilayah.
“Kemitraan ini sangat penting dan akan dirancang untuk menggabungkan berbagai kepentingan para mitra. Kami sangat antusias dengan partisipasi banyak pembicara, sehingga dapat memperkaya perspektif Asia Tenggara mengenai topik-topik ini,” kata Roy Kamphausen, Rabu (31/1/2024).
Baca juga : Menko Airlangga Saksikan Penandatanganan Perjanjian Tiga Proyek Prioritas Transisi Energi
Arifin Tasrif, Menteri ESDM Indonesia, juga turut hadir dan memberikan kata sambutan di hari pertama konferensi. Beliau menyampaikan penghargaannya atas inisiatif penyelenggaraan konferensi ini, khususnya di saat Indonesia sedang berupaya melakukan transisi energi.
"Melalui kerja sama internasional dan pembangunan yang cerdas, kami akan mengoptimalkan pemanfaatan tenaga listrik dan potensi energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia. Kerja sama dan kolaborasi antar negara di kawasan ini akan mengoptimalkan potensi sumber daya energi bersih untuk memasok kebutuhan regional dan meningkatkan kapabilitas," ujar Arifin Tasrif.
Hal senada diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Indonesian Institute for Energy Economics (IIEE) Pak Didi Hasan Putra,. Dia berharap dengan terlaksananya acara ini, dapat mendorong berbagai pemangku kepentingan bukan saja di Indonesia namun juga di wilayah Asia Tenggara.
Baca juga : Targetkan Bauran EBT 23% Tahun 2025, PLN EPI Gandeng Maharaksa Biru Energi
“Tujuanya untuk mengembangkan strategi mewujudkan transisi energi yang efektif, berkeadilan, serta kolaboratif, khususnya dalam tantangan memitigas rumah kaca, dimana Indonesia merupakan negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di Asia Tenggara,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, Indonesia telah mengambil peran dalam upaya transisi energi regional dan internasional, yang ditunjukkan melalui penyelenggaraan Presidensi G-20 pada tahun 2022 dan KTT ASEAN pada tahun 2023.
Inisiatif ini sejalan dengan komitmen Indonesia pada Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership - JETP) bersama mitra internasional. (RO/Z-10)
Peningkatan emisi karbon akibat eksploitasi sumber daya secara masif telah mengancam ekosistem dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah menargetkan sebanyak 60 blok migas baru ditawarkan kepada investor dengan skema insentif yang lebih kompetitif, dalam dua tahun ke depan.
Porsi energi fosil dalam bauran energi nasional masih dominan yakni di atas 80%.
Target energi terbarukan nasional saat ini mencapai 42,6 GW dengan PLTS sebagai penyumbang terbesar yakni 17,1 GW.
Insentif tersebut bisa menjadi katalis transformasi sistemik, mulai dari peningkatan daya beli masyarakat, pembangunan industri hijau, hingga fondasi ekonomi rendah karbon di masa depan.
Pentingnya pendekatan inovatif dalam pembiayaan proyek energi bersih agar akselerasi transisi energi dapat tercapai.
Fathan Sembiring menambahkan nilai penting kerjasama antarmasyarakat demi mendorong perkembangan ekonomi dan keharmonisan hubungan bilateral.
PELANGI Hotel Internasional (PHI Group) dan BUMN Pelindo melalui anak usahanya PT Pelindo Solusi Logistik menggelar acara penandatanganan memorandum of understanding (MoU).
Kegiatan ini merupakan bentuk refleksi terhadap pentingnya menjaga hubungan sosial yang harmonis dan saling mendukung dalam kehidupan bermasyarakat.
Canva juga akan memberikan akses Canva Pro dengan harga khusus kepada para penggiat ekonomi kreatif dan asosiasi dalam jaringan Kemenekraf
Lingkungan kampus harus menjadi ekosistem yang mendorong cross-disciplinary thinking.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved