Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Sambut Raja Arab, Pemerintah Bahas Sejumlah Proyek

Tesa Oktiana Surbakti
24/8/2016 15:20
Sambut Raja Arab, Pemerintah Bahas Sejumlah Proyek
(AFP)

RAJA Arab Saudi Salman bin Abdulaziz tidak lama lagi akan berkunjung ke Indonesia. Pemerintah pun menyiapkan sejumlah rencana proyek yang dapat dibahas untuk memperkuat kerja sama dengan negeri kaya minyak itu.

"Rencananya Raja Arab Saudi akan datang bulan Oktober, jadi semua kementerian terkait bahas proyek-proyek apa saja yang akan diusulkan," tutur Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan usai memimpin rapat koordinasi di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM itu menjelaskan salah satu poin yang disorot ialah kelanjutan kerja sama PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco yang sudah menandatangani kontrak pengadaan konstruksi (Engineering Procurement Contract/EPC) proyek perluasan Kilang Cilacap, Jawa Tengah. Pengembangan kilang bagian dari Refinery Development Masterplan Program (RDMP) itu menelan biaya investasi sekitar US$5,5 miliar.

Di samping itu, Luhut mempertanyakan komitmen kerja sama BUMN energi asal Arab Saudi itu untuk menggarap proyek perbaikan dan perluasan kilang milik Pertamina di Dumai, Riau, dan Balongan, Jawa Barat.

"Itu (komitmen) yang tadi kita kejar. Aramco ini agak lambat prosesnya, malah sekarang yang cepat Rosneft dari Rusia. Kita harap selesai 2021," cetusnya.

Luhut menegaskan pihaknya tidak segan menegur Saudi Aramco agar merealisasikan komitmen sepenuhnya. "Kita bilang kamu harus seperti Rosneft. Jangan hanya omong-omong doang, kita maunya konkrit," jelasnya.

Seperti diketahui, Pertamina telah melayangkan surat ke Saudi Aramco untuk mempertanyakan keikutsertaan terhadap proyek kedua kilang tersebut. Pasalnya, perjanjian kerja sama (Memorandum of Understanding/MoU) yang semestinya rampung November 2015, malah diperpanjang hingga November 2016. Saudi Aramco semula berjanji menambah kapasitas Kilang Dumai dari 140 ribu barel per hari (bph) menjadi 300 ribu bph. Adapun untuk Kilang Balongan ditargetkan kapasitasnya bertambah menjadi 350 ribu bph dari kapasitas awal 100 ribu bph.

Luhut mengungkapkan menurunnya komitmen Saudi Aramco terhadap pengembangan kilang di Tanah Air bahkan juga tercermin pada proyek peningkatan Kilang Cilacap.

"Yang Cilacap malah mereka minta share down dari 45 persen ke 30 persen," ucap Luhut.

Aramco ingin melepas saham sebesar 15 persen lantaran terkendala pendanaan. Menurutnya, Pertamina yang sebelumnya memiliki kepemilikan saham sebesar 55 persen sebenarnya mampu mengambil alih keseluruhan proyek Kilang Cilacap. "Pertamina saja (bisa ambil alih). Pertamina punya uang kok," tegasnya.

Di lain sisi, Pertamina berencana menggarap bisnis penyediaan bahan bakar avtur di King Fahd Airport International di Arab Saudi. Tim Pertamina akan berangkat ke Arab Saudi untuk finalisasi proyek. Itu pun Luhut berpesan agar kerja sama tidak hanya sebatas hitam di atas putih.

"Jangan nanti hanya datang tanda tangan-tanda tangan, saya nggak mau, harus kongkrit," kata dia yang belum bisa memaparkan besaran investasi.

Meskipun tersirat penurunan komitmen Aramco, namun pemerintah dikatakan Luhut tetap berniat menawarkan sejumlah kerja sama terhadap Arab Saudi. Misalnya, proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara dengan kapasitas 2x500 mega watt (MW) di Sumatera, kemudian potensi pengembangan pariwisata di Padang yang mana proyeksinya akan menyerupai Maladewa atau Maldives.

"Pemerintah Sumatera Barat sudah siapkan lahan 1000 hektare. Rencananya akan dibangun seperti Maldives," jelasnya.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya