Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
DUNIA usaha mengaku tak khawatir dengan kinerja perekonomian Indonesia yang melambat pada triwulan III 2023. Pebisnis justru menilai kondisi ekonomi dalam negeri masih sehat meski laju pertumbuhannya tidak setinggi triwulan-triwulan sebelumnya.
"Tingkat pertumbuhan yang dicapai di triwulan III 2023 tidak perlu dikhawatirkan, karena masih tergolong sehat meskipun tidak secepat atau setinggi triwulan-triwulan sebelumnya pascapandemi," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi, Jumat (10/11).
Pelaku usaha, kata dia, memaklumi perlambatan ekonomi tersebut. Sebab, pada triwulan III tak ada momentum yang dapat mendukung laju konsumsi masyarakat. Selain itu ada ketidakpastian pada iklim usaha dan investasi karena faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang memengaruhi iklim usaha dan investasi di Tanah Air di antaranya, yakni transisi kepemimpinan pemerinrahan, keterbatasan ruang reformasi struktural yang bisa dilakukan untuk menstimulasi ekonomi secara agresif karena menjelang transisi, lambatnya pertumbuhan lapangan kerja baru dan stagnasi pertumbuhan daya beli.
Sedangkan faktor ekternal yang memengaruhi meliputi gejolak geopolitik, inflasi harga di pasar komoditas global, hingga pelemahan rupiah. "Itu yang secara keseluruhan memberikan beban yang lebih banyak bagi penciptaan produktivitas dan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III," terang Shinta.
Baca juga:
> Iklim Bisnis yang Kondusif Butuh Aturan yang Adaptif
> Melongok Geliat Pendidikan Vokasi di Kota Bandung
Dengan berbagai dinamika dan tantangan itu, lanjutnya, maka realisasi pertumbuhan ekonomi 4,94% di triwulan III tak terlalu buruk. Shinta meyakini angka itu masih bisa bergerak naik menjadi 5%, atau lebih pada triwulan IV 2023. Itu tentunya dapat tercapai melalui berbagai upaya.
Pemanfaatan momentum konsumsi masyarakat di akhir tahun disebut menjadi yang paling potensial mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi. Namun itu juga perlu diikuti dengan percepatan belanja APBN dan menjaga stabilitas makro secara baik.
"Khususnya dalam hal penguatan nilai tukar, kontrol terhadap potensi kenaikan inflasi pangan dan energi atau BBM, serta peningkatan kinerja ekspor dan investasi inbound melalui program-program fasilitasi ekspor-investasi," terang Shinta.
Menurutnya, hal itu hanya akan bisa diciptakan bila sepanjang triwulan IV hingga akhir transisi kepemimpinan Indonesia bisa menciptakan stabilitas sosio-politik. Shinta menekankan pentingnya kepastian hukum mengenai iklim investasi atau usaha diimplementasikan dengan baik.
"Itu agar sesuai dengan amanat kebijakan-kebijakan reformasi struktural yang sudah dikeluarkan hingga saat ini. Kalau fundamental stabilitas ini tidak bisa diciptakan, tentu risiko terhadap perlambatan pertumbuhan akan semakin tinggi," pungkas dia. (Z-6)
UNIVERSITAS Paramadina turut mempertanyakan angka pertumbuhan ekonomi Triwulan II 2025 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 5,12% (yoy).
Pemerintah provinsi sangat aktif dan peduli terhadap dunia usaha, bahkan turun langsung ke lapangan untuk memastikan sinergi berjalan.
Program ini tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga bertujuan memperluas akses terhadap pendidikan berkualitas.
Pembentukan pusat ini merupakan bagian dari komitmen untuk memperkuat sinergi antara dunia akademik dan industri.
POIN yang dibawa pemerintah Indonesia untuk negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) dinilai sebagai hal krusial yang perlu ditawarkan.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan bahwa Hari Raya Lebaran tahun ini menjadi Lebaran yang kurang baik bagi dunia usaha.
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved