Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
NICKEL Industries (NIC) berkomitmen menghasilkan produk nikel ramah lingkungan dan menghasilkan sedikit karbon. Salah satu caranya ialah berkolaborasi dengan PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA), perusahaan energi terbarukan yang berfokus pada pengembangan energi surya.
Sustainability Manager NIC Muchtazar mengatakan pihaknya berkomitmen bersama SESNA mengurangi jejak karbon guna menghasilkan nikel yang bersih dan berkelanjutan. Penggunaan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dianggap sebagai langkah konkret untuk mengurangi emisi karbon. "Ini salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengurangi jejak karbon kami, di antaranya melalui kolaborasi dengan SESNA dan mengefisienkan penggunaan energi kami," ujar Muchtazar.
Kawasan tambang dan pengolahan nikel yang berada di Morowali, Sulawesi Tengah, imbuhnya, memiliki potensi energi surya yang besar sehingga sangat memungkinkan untuk operasional produksi nikel. Kerja sama dengan SESNA dinilai sebagai kolaborasi sangat strategis. Berdasarkan hasil evaluasi dari sejumlah potensi energi terbarukan seperti hidropower, angin, dan matahari, ternyata pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) memiliki potensi besar untuk dijalankan dalam memproduksi nikel.
Baca juga: Pesanan untuk Barang Manufaktur AS Naik Sedikit di Agustus
"Kami senang sekali bisa kolaborasi dengan SESNA sebagai provider tenaga surya yang berasal dari Indonesia. Jadi, kami ingin memprioritaskan untuk partner-partner lokal karena kami ingin keberadaan perusahaan bisa berkontribusi positif untuk perkembangan Indonesia," kata Muchtazar. Sebagai permulaan proyek NIC melalui anak perusahaannya, PT Hengjaya Mineralindo, mulai memanfaatkan PLTS hibrida dengan kapasitas awal 395 kilowatt peak (kWp) untuk melihat keunggulan dari penggunaan sumber energi surya. Penggunaan PLTS yang dikembangkan oleh SESNA tersebut ditujukan guna mendukung operasional tambang dan mess karyawan.
Melihat performa yang baik dari proyek ini, NIC kemudian melanjutkan pengembangan proyek dengan kapasitas yang lebih besar yakni 200 megawatt peak (MWp) untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi aktivitas pengolahan atau smelter nikel yang berada di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park. "Sejauh ini kami sangat puas dengan kolaborasi ini dan ingin segera meningkatkan kapasitas energi yang dihasilkan dari tenaga surya ini, baik di tambang maupun smelter kami ke depan," kata Muchtazar.
Baca juga: TotalEnergies Genjot lagi Produksi Bahan Bakar Fosil
Pemanfaatan PLTS sejalan dengan program keberlanjutan yang dijalankan oleh Nickel Industries, khususnya pada pilar lingkungan. NIC berusaha untuk menghasilkan nikel yang ramah lingkungan atau rendah jejak karbon. Saat ini nikel disebut sebagai salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan berbagai macam produk, salah satunya produk baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Oleh karena itu, diharapkan penggunaan PLTS dapat menghasilkan nikel yang diproses secara berkelanjutan.
Muchtazar juga menampik bahwa operasional yang dikeluarkan untuk penggunaan EBT cukup mahal. Menurutnya, PLTS justru bisa lebih menghemat biaya. "Kerja sama dengan SESNA, energi terbarukan ini bisa diperoleh dengan biaya yang sama atau bahkan lebih murah dari yang konvensional. Jadi sebetulnya dengan menerapkan EBT kita bisa berhemat juga dalam jangka panjang," ujar Muchtazar.
NIC berharap kerja sama pembangunan PLTS dengan SESNA dapat berkelanjutan ke depan agar bisnis tambang dan pengolahan nikel dapat terus berjalan dengan baik. Reputasi Nickel Industries di dunia pertambangan nikel cukup disegani. Pada awal September 2023, perusahaan ini mendapat predikat Sustainability dari TrenAsia ESG Awards.
SESNA merupakan perusahaan energi terbarukan lokal yang berfokus pada pengembangan proyek PLTS. Adapun fokusnya sebagai penyedia solusi mulai dari proses pengembangan, engineering, pengadaan & konstruksi, serta operasi & pemeliharaan. SESNA juga menyediakan skema investasi zero capex atau solar rental untuk industri pertambangan yang berminat transisi ke energi terbarukan dengan lebih efisien. (RO/Z-2)
PT Perkebunan Nusantara III, bersama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), mengambil langkah strategis dalam transisi energi melalui pengembangan PLTS.
PT Medco Energi Internasional Tbk, melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia (Medco Power), memulai operasi komersial PLTS berkapasitas 25 di Bali Timur.
PT Timah Tbk melalui anak usahanya, PT Timah Industri, meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop berkapasitas 303,1 kilowatt peak (kWp) di kawasan industri Cilegon.
PT Blasfolie Internasional Indonesia, salah satu perusahaan kemasan plastik di Indonesia yang berdiri pada 2015, meresmikan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Percepatan pemanfaatan PLTS Atap khususnya di bangunan pemerintah, fasilitas publik, dan sektor bisnis, di Bali, merupakan satu dari tiga arah kebijakan untuk mewujudkan Bali Mandiri Energi.
Kerja sama ini bersifat eksklusif dan mencakup pengembangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk kawasan industri yang pasokan listriknya berada dalam cakupan layanan PT Bekasi Power.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved