Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

CEO Rosneft Ungkap Peta Jalan Baru Efisiensi Energi

Mediaindonesia.com
20/6/2023 14:40
CEO Rosneft Ungkap Peta Jalan Baru Efisiensi Energi
CEO Rosneft Rosneft Oil Company, Igor Sechin, berbicara di St. Petersburg International Economic Forum XXVI .(Dok.Pri)

CHIEF Executive Officer Rosneft Oil Company, Igor Sechin, mengungkapkan peta jalan baru yang dapat meningkatkan efisiensi sektor energi di Rusia yang saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan eksternal yang cukup berat.

Hal itu disampaikan Sechin saat memberikan presentasi dalam Energy Panel, yang menjadi bagian dari ajang St. Petersburg International Economic Forum XXVI yang berlangsung pada 14-17 Juni 2023 di Rusia. Forum ini dihadiri oleh para pemimpin perusahaan dan pakar bidang energi.

"Pemanasan global menjadi faktor signifikan dalam pertumbuhan konsumsi energi. Penggunaan ventilasi udara dan pendingin ruangan kini melingkupi sekitar 10% dari produksi energi dunia. Dan pada tahun 2050, permintaan untuk perangkat pengendali suhu ruangan akan meningkat tiga kali lipat secara global, di mana tingkat konsumsi energi dapat melampaui Amerika Serikat dan Uni Eropa," ujar Sechin.

Dalam konteks energi dan ekonomi global, Sechin mengatakan bahwa minimnya investasi di industri migas akan mengakibatkan defisit pasar dan kenaikan harga minyak. "Berdasarkan perkiraan International Energy Agency (IEA) dan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), permintaan minyak global diperkirakan akan meningkat 2,4 juta bpd (barel per hari) pada tahun 2023 dan mencapai total 102 juta bpd," ujarnya.

Secara jangka panjang, volume konsumsi minyak diperkirakan akan meningkat sekitar 15 juta bpd (+15%) pada 2045. Minyak dan gas alam juga akan memenuhi lebih dari 53% permintaan energi primer secara global.

Sechin mengungkapkan minimnya investasi di industri migas akan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kelangkaan sumber daya energi dan kenaikan harga minyak. Minimnya investasi untuk mendukung produksi dan eksplorasi sudah berakibat kurangnya tingkat pengembalian produksi melalui penambahan cadangan minyak baru (replenishment ada di sekitar 90%).

Eksplorasi semakin jarang dilakukan dan semakin banyak perusahaan yang melakukan pengeboran di wilayah perairan dalam. Saat ini, ukuran temuan ladang minyak dunia rata-rata hanya dapat memproduksi kurang lebih 15 juta ton minyak. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah minyak yang dapat diproduksi setelah ditemukannya berbagai ladang raksasa pada 1970-an di Arab Saudi, Siberia Rusia, dan Amerika Serikat.
.
Sechin juga menyoroti berbagai permasalahan global yang terjadi saat ini, seperti ketidakpastian sistem keuangan dan ekonomi, krisis perbankan AS, dan menurunnya peran dolar sebagai mata uang cadangan.

"Berdasarkan pengalaman berbagai perusahaan global dan pengalaman kami sendiri, bencana dapat terjadi akibat faktor yang tak diperhitungkan. Namun, ada pula sejumlah faktor yang memang tidak dapat diperhitungkan sama sekali. Bencana juga dapat diakibatkan oleh beberapa kejadian tak terduga yang datang secara beruntun. Misalnya, melemahnya pasar global saat ini bisa saja diakibatkan oleh krisis utang AS. Masalah ini dapat dikatakan sebagai faktor yang tak diperhitungkan," ujar Sechin.

Krisis utang dan gagal bayar AS merupakan wacana yang sudah terulang beberapa kali dan dinilai sebagai sirkus politik. Namun, yang menjadi masalah adalah kebangkrutan AS yang hanya menunggu waktu saja.

Selama 30 tahun terakhir, utang nasional AS melonjak sepuluh kali lipat dari US$3 triliun menjadi lebih dari US$31 triliun. “Pemegang utama utang AS adalah negara-negara Asia Pasifik, seperti Jepang dan China. Negara-negara tersebut berada dalam ancaman besar dan akan menanggung risiko pada waktunya," ujar Sechin.

Sechin menyebutkan adanya kebutuhan mendesak untuk menciptakan sistem pembayaran internasional yang lebih mandiri dan tidak bergantung pada mata uang tertentu. "Kita tidak bisa terus menunggu sampai dolar tergantikan dengan mata uang lainnya. Hal ini peru menjadi perhatian lebih bagi bank sentral dan regulator di seluruh dunia," kata kepala Rosneft tersebut. (E-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya