Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Konferensi Internasional UIII: Menguatkan kontribusi Indonesia pada Ekonomi Global

Mediaindonesia.com
11/5/2023 22:17

KETIDAKPASTIAN mengenai ekonomi global terus menghantui dunia. Hal ini terlihat dari inflasi global diperkirakan akan meningkat dari 4,7% pada 2021, menjadi 8,8% pada 2022, tetapi menurun menjadi 6,5% pada 2023 dan menjadi 4,1% pada 2024. World Bank dan IMF juga memperkirakan bahwa ekonomi dunia akan melambat pertumbuhannya pada 2023, dari 6% di 2021 menjadi 3,2% di 2022 dan terus turun ke 2,7% di 2023. Situasi tersebut menuntut ketahanan komunitas muslim dunia untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global. 

Untuk menjawab tantangan yang terus dihadapi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Internasional Indonesia (FEB-UIII) menyelenggarakan International Conference of Muslim World of Economy and Businesses (ICMWEB) yang kedua kalinya pada Rabu (10/5). Tahun ini gelaran ICMWEB mengusung tema 'Muslim World Resilience in Anticipating the Global Economic Uncertainties' (Ketahanan Dunia Muslim dalam Mengantisipasi Ketidakpastian Ekonomi Global). Konferensi ini ditujukan sebagai wadah bertemunya gagasan praktisi dan akademisi tingkat dunia untuk kesiapan atas kompleksitas yang tidak terduga.

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati yang merupakan pembicara utama yang kali ini hadir secara daring

Di dalam konferensi ini, para pembicara hadir secara langsung ke kampus UIII, tetapi, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati yang merupakan pembicara utama hadir secara daring. ia menyampaikan bahwa Indonesia akan menghadapi beberapa 'ujian berat' sebagai dampak dari peningkatan global. Selain itu, Menkeu juga menegaskan bahwa pemulihan ekonomi pasca pandemi masih terjadi. Sehingga, pemerintah tetap mengantisipasi perlambatan global melalui kebijakan fiskal yang tercermin pada APBN 2023.

Menurut Sri Mulyani, kebijakan fiskal yang dapat menjadi shock absorber adalah rencana besar yang menunjukkan fleksibilitas dan kelincahan APBN Indonesia. Sebelumnya, Indonesia mendapatkan pengakuan dunia atas sikap kebijakannya yang menguatkan stabilitas ekonomi.  

Di dalam sesi tanya jawab, mahasiswa magister ekonomi UIII Mamadou Salieu Jallow bertanya kepada Menkeu mengenai alasan pengambilan kebijakan yang diambil dengan meningkatkan pajak. Sri Mulyani menjawab bahwa terdapat peningkatan pendapatan dari produktivitas komoditas dalam negeri yang berpotensi pada meningkatnya pendapatan yang berasal dari pajak.

Sementara, pertanyaan Surya dari UIN Sumatra Utara bertanya kepada Sri Mulyani mengenai kebijakan defisit anggaran akan dilanjutkan pada tahun-tahun selanjutnya, dijawab oleh Menkeu bahwa defisit anggaran yang diperbolehkan adalah kurang dari 3% total PDB dan total hutang negara maksimal 60%, dan Indonesia telah mengadopsi kebijakan tersebut sejak 2004.

Pembicaraan dilanjutkan dengan diskusi panel pertama yang mengundang Profesor Iwan Jaya Azis dari SC Johnson College of Business Cornell University, Professor M Ishaq Bhatti dari Finance and Financial Econometrics La Trobe University, dan Fajar B Hirawan PhD selaku Faculty Member of FEB UIII.  

Dalam diskusi panel ini, pembahasan berfokus pada kondisi ekonomi secara makro, apa yang dihadapi oleh ekonomi dunia dari sisi makro, digital dan perdagangan internasional.

Sementara itu, pada diskusi panel kedua diisi oleh M Luthfi Hamidi PhD selaku Kepala Program Studi Ekonomi FEB UIII dan Riza Azyumarridha A selaku Founder Rumah Mocaf Indonesia. Diskusi panel kedua berfokus pada pembahasan bisnis dan keuangan Islam.

-Keseluruhan acara dapat diakses langsung di official youtube channel of UIII, UIII Official-

ICMWEB yang Kedua

Masih dalam rangkaian acara ini, sebelumnya FEB UIII mengumumkan Call for Papers yang membawa tema besar 'Muslim World Resilience in Anticipating the Global Economic Uncertainties' (Ketahanan Dunia Muslim dalam Mengantisipasi Ketidakpastian Ekonomi Global). 

Selain itu, ada dua sub-tema mengenai topik papers yang diperbolehkan, yakni mengenai 'Muslim World Respond to Global Economic Uncertainties' dan 'Sustainable Islamic Economics, Business, and Social Finance in the Muslim World'.

Hasil dari Call for Papers tersebut, Prof. Dian Masyita selaku Dekan FEB UIII mengumumkan bahwa di tahun ini Muslim Business and Economic Review (MBER) [Jurnal internasional yang diterbitkan oleh FEB] telah menerima 96 paper dari 24 negara. 

“Kami telah menerima 96 paper dari 24 negara dan terseleksi 20 terbaik di antaranya untuk menjadi pembahasan para ahli," ujar Prof Dian.

Menurut prof Dian, sebagai kampus yang 40% mahasiswanya adalah dari luar negeri, UIII memiliki kekayaan perspektif dan metode dalam berbagai pendekatan praktis dan ilmiah. Hal ini merupakan kelebihan kampus Internasional yang harus dimaksimalkan.

Perhelatan ini mendapat pujian dari Menkeu Sri Mulyani. Menurutnya pembahasan yang dibawakan komprehensif terutama dalam forum akademik, sehingga bahasannya akan menjadi perhatian pemerintah sebagai masukan atas penyusunan kebijakan yang sesuai. (RO/S-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Chadie
Berita Lainnya