Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Harga daging sapi yang melonjak tinggi menunjukkan pentingnya upaya pembenahan rantai distribusi dan logistik dari komoditas pangan tersebut.
Selama ini, panjangnya rantai pasok memunculkan banyak biaya tambahan hingga membuat harga jual akhir di tingkat konsumen melambung tinggi.
"Kenaikan harga logistik dan transportasi berdampak signifikan terhadap kenaikan harga modal produksi daging sapi di tingkat produsen. Belum lagi adanya kebijakan eksternal yang turut berdampak, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak," ujar Board Members Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Risti Permani melalui keterangan resmi, Selasa (28/3).
Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Pastikan Stok Daging Sapi dan Ayam Aman Hingga Lebaran
Ia mengatakan, di awal 2023, harga sapi bakalan dari Australia memang mulai stabil. Itu disebabkan iklim yang mendukung hingga membuat stok melimpah.
Sayangnya, harga yang bagus di Australia tetap akan menjadi mahal Ketika sampai di tangan konsumen. Pasalnya, model bisnis yang dilakukan para pelaku usaha sekarang saat ini terlalu panjang dan memakan biaya tinggi.
Baca juga: Harga Kebutuhan Pokok di Semarang Masih Tinggi
Ia menjelaskan bahwa importir yang mendatangkan sapi bakalan harus melakukan penggemukkan sapi-sapi dan pemotongan di Tanah Air. Setelah melalui proses itu, mereka menjual daging yang dihasilkan ke pedagang grosir berskala besar di pasar atau melalui tengkulak yang membantu Rumah Potong Hewan (RPH).
Proses berlanjut dengan menjual daging sapi ke pedagang grosir berskala kecil. Mereka lah yang menjual daging sapi ke pedagang eceran di pasar tradisional atau supermarket, sebelum akhirnya sampai di tangan konsumen.
Proses panjang itu menurut Risti menimbulkan biaya tambahan yang begitu besar.
Langkah pemerintah untuk mengimpor daging dari negara selain Australia, termasuk daging sapi dari Brazil dan daging kerbau dari India, juga dianggap masih belum bisa sepenuhnya menurunkan harga di pasar.
"Secara umum, pandemi memunculkan penambahan biaya transportasi dan juga penyimpanan. Ditambah dengan kenaikan harga bahan bakar minyak yang membuat ongkos transportasi antar daerah menjadi semakin tinggi," terang Risti.
Pandemi covid-19 diakui menimbulkan disrupsi pada sektor pertanian di seluruh dunia. Implementasi berbagai kebijakan pembatasan sosial mempengaruhi kinerja sektor pertanian. Penurunan kapasitas produksi dan pengolahan menyebabkan suplai berkurang.
Misal, kenaikan harga daging sapi yang terjadi di 2021, salah satunya, disebabkan oleh harga sapi dari Australia juga sudah menanjak sejak akhir 2020, karena peternak Australia berusaha membangun kembali peternakannya (herd rebuilding) setelah terdampak kekeringan di tahun 2019 ditambah dengan tingginya biaya distribusi akibat penurunan kapasitas logistik selama pandemi covid-19.
Risti menambahkan, fluktuasi harga pangan tentunya merupakan hal yang biasa karena perdagangan pangan tidak lepas dari dinamika pasar berdasarkan produksi, distribusi, dan permintaan. Pada periode Ramadan dan Idul Fitri, jumlah permintaan biasanya akan meningkat dan hal itu perlu diikuti dengan kecukupan pasok sebagai bentuk antisipasi.
Oleh karena itu, Risti menyebut sangat penting untuk memastikan ketersediaan daging sapi untuk konsumsi domestik cukup untuk sepanjang 2023. Produksi domestik bisa ditingkatkan dengan mengembangkan sistem produksi dan distribusi daging sapi agar dapat mencapai produktivitas yang optimal guna mengantisipasi lonjakan harga di pasar internasional.
Salah satunya dengan memodernisasi sektor peternakan Indonesia dan meningkatkan kapasitas peternak lokal. Indonesia juga dapat membuka diri terhadap investasi untuk memajukan sektor peternakan.
"Kedepannya, Indonesia dapat memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi untuk mendiversifikasi sumber pangan dan memperkuat resiliensi sistem pangan Indonesia dengan terus memastikan faktor-faktor penting seperti keamanan pangan (food safety) dan resiko biosekuriti," tandas Risti. (Z-11)
Harga beragam komoditas kebutuhan masyarakat saat ini relatif masih berfluktuasi.
Sosialisasi agar warga berbelanja sesuai kebutuhan akan terus dilakukan, sehingga harga tidak melonjak.
OPERASI pasar yang menjual kebutuhan pokok dengan harga murah hanya akan dijual bagi pemegang kartu rusun dan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkapkan pelaksanaan operasi pasar tersebut menggunakan transaksi non tunai.
Operasi pasar itu digelar sejak 4 Juni 2016 hingga 17 Juli 2016 mulai dari pukul 08.00 WIB hingga 13.00 WIB.
Harga sejumlah bahan pangan terpantau mulai naik di Jakarta.
Perayaan Idul Adha biasanya diiringi dengan hidangan daging sapi atau kambing yang diperoleh dari hasil berkurban.
Demi meyakinkan masyarakat terhadap kondisi daging kerbau beku yang diimpor dari India, Bulog rutin melakukan tes PCR di Pusat Veteriner Farma.
Gubernur ABN NasDem, Mayjen TNI (Purn) IGK Manila, menyatakan pada Idul Adha 1445 H, Partai NasDem mengurbankan 27 ekor sapi dan 25 ekor kambing.
KEPALA Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menegaskan ketersediaan dan pasokan komoditas pangan pokok, termasuk daging, dalam kondisi aman dan harga yang stabil.
Daging kerbau kerap kali dianggap keras dan sulit diolah. Padahal dengan teknik yang tepat, bahan pangan ini bisa menjadi sajian empuk dan lezat.
JELANG bulan Ramadhan, Bulog Cirebon, Jawa Barat menyiapkan 3,5 ton daging kerbau. Daging kerbau asal India itu disiapkan sebagai pengganti daging sapi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved