MENTERI Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022, yang berhasil tumbuh sebesar 5,31%, merupakan salah satu pertumbuhan ekonomi terbaik di antara negara-negara G20, setelah Arab Saudi 8,7% dan Spanyol 5,5%.
Data Kementerian Investasi/BKPM mencatat realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp1.207,2 triliun dengan tambahan investasi di sektor UMKM sebesar Rp318 triliun. Investasi tersebut berhasil menciptakan lapangan kerja bagi hingga 1,3 juta orang.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi yang positif juga tidak terlepas dari peran investasi. Maka, dalam mempertahankan serta menumbuhkan tingkat ekonomi dan investasi di Indonesia, ia mendorong penguatan investasi terhadap Industri di dalam negeri.
Baca juga: Pemerintah Bahas Kerangka Ekonomi Makro 2024, Targetkan Pertumbuhan 5,3-5,7%
Menurutnya, meski secara internal Indonesia memasuki tahun politik yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan nasional dan secara eksternal adannya ancaman resesi global pada 2023, ia mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi dalam negeri akan tetap tumbuh positif.
“Jadi, supaya kita tahan gejolak ini, maka yang sebenarnya harus kita lakukan adalah bagaimana kita bisa memperkuat dari sisi pertumbuhan industri yang selama ini kan kita melihat bahwa aktivitas industri kita ini semakin lama porsinya terhadap GDP itu semakin turun nah ini yang harus kemudian dibangkitkan kembali,” ujar Fithra, Rabu (22/2).
Fithra memprediksi ekonomi Indonesia masih tetap dapat tumbuh positif pada 2023 dalam rentang antara 4,9%-5,1%.
“Sebenarnya, kita sudah relatif solid pertumbuhan ekonomi kita 5,3% di 2022 dan sepertinya di 2023 menurut forecast kami itu juga masih bisa di atas 5%, jadi rentangnya antara 4,9 sampai 5,1% meskipun lebih kecil dibandingkan dengan 2022 tetapi ini jelas masih lumayanlah di tengah tekanan eksternal,” ucapnya.
Menurut Fithra, kebijakan ekonomi Indonesia sudah tepat, hanya saja perlu menggenjot sektor lainnya seperti sektor industri, tidak hanya bergantung terhadap tingkat konsumsi rumah tangga.
“Dalam konteks ini, kita juga sebenarnya sudah on the track tetapi kita butuh push yang lebih besar lagi supaya memang ada variabel-variabel lain selain konsumsi yang selama ini sangat kita andalkan untuk bisa meleverage ekonomi kita ke depan itu. Jadi, sebenarnya, lebih ke aspek yang menengah dan panjang tidak hanya pada 2023,” jelas Fithra.
Selain itu, mengantisipasi dampak resesi global, Fithra juga mengingatkan pemerintah untuk menyiapkan skema insentif bagi industri dan bantalan sosial bagi masyarakat demi menjaga pertumbuhan ekonomi.
Dan yang tidak kalah penting kata Fithra menjaga agar kelompok menengah ke atas tetap mau berbelanja mengeluarkan uangnya untuk belanja maupun berinvestasi.
“Nah, untuk antisipasi gejolak pada 2023, kita harus menyiapkan bantalan biar bagaimanapun sesolid apapun perekonomian kita tentunya tidak akan bisa terlepas dari pengaruh eksternal nah itu yang harus kita antisipasi dari awal,” ucapnya.
“Entah itu untuk memberikan insentif-insensitif industrial maupun untuk menjaga kaum rentan miskin dengan bantuan sosial dan seterusnya dan juga untuk menjaga kemampuan spending bagi kelompok menengah ke atas,” terang Fithra.
Sebelumnya, menurut Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan yang terbaik apabila dibandingkan dengan negara-negara yang tergabung dalam G20.
"Kemarin, waktu kita mendengar data BPS di kuartal keempat, alhamdulillah pertumbuhan ekonomi kita 5,31% dan ini adalah salah satu pertumbuhan ekonomi terbaik di antara negara-negara G20," ujarnya
Bahlil menjelaskan bahwa di antara negara-negara G20, Arab Saudi juga mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi sekitar 8,7%, disusul Spanyol sekitar 5,5%. Kemudian baru Indonesia dengan capaian 5,3%.
Dia menuturkan, capaian pertumbuhan ekonomi yang positif juga tidak terlepas dari peran investasi. Dalam catatan Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi sepanjang 2022 mencapai Rp1.207,2 triliun dengan tambahan investasi di sektor UMKM sebesar Rp318 triliun dengan penciptaan lapangan kerja hingga mencapai 1,3 juta orang.
"Kontribusi (investasi) terhadap pertumbuhan ekonomi itu hampir 30%. Ini menurut saya luar biasa sekali. Saya senang dan tidak hanya, itu distribusi lapangan pekerjaan dari sektor UMKM kita tinggi. Maka itu konsumsi itu masih tetap di angka 51% -52%," pungkasnya. (RO/OL-1)