Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Pasar AS Libur, Harga Minyak Tertahan

Fetry Wuryasti
16/1/2023 14:01
Pasar AS Libur, Harga Minyak Tertahan
Kapal tongkang akomodasi (Barge 222) milik Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.(Antara)

MENGAWALI pekan Minggu ke-3 Januari, harga minyak terpantau bergerak terkonsolidasi di tengah berlangsungnya libur di pasar AS.

Sentimen dari potensi pasokan berlebih di Asia dan kekhawatiran kasus covid-19 di Tiongkok yang membebani pergerakan harga, dibatasi oleh sentimen dari pernyataan Persatuan Emirat Arab (UEA) dan penghentian pasokan minyak Iran ke Suriah.

Pascapemberlakuan batas harga oleh negara G7, Rusia beralih menggunakan kapal dari Tiongkok untuk tetap bisa mengirimkan minyak menuju Asia.

Sumber perdagangan dan data pelacakan Eikon pada Minggu (15/1) melaporkan setidaknya ada lima supertanker Tiongkok yang mengirimkan minyak Ural Rusia, yaitu empat tujuan Tiongkok dan satu tujuan India.

"Kelima pengiriman tersebut dijadwalkan antara 22 Desember dan 23 Januari. Data tersebut mengindikasikan Rusia masih tetap dapat menjual minyak, di tengah kekurangan kapal pascasanksi dari Barat, namun ini sekaligus memicu kekhawatiran pasokan berlebih di pasar Asia," kata Analis ICDX, Girta Yoga, Senin (16/1).

Turut membebani pergerakan harga lebih lanjut, jumlah orang yang meninggal akibat covid-19 di Tiongkok mencapai hampir 60 ribu jiwa pada Sabtu (14/1). Diperkirakan setidaknya akan terjadi 1 juta kematian pada 2023, ungkap data terbaru yang diumumkan oleh otoritas kesehatan Tiongkok.

Sementara itu, OPEC+ sedang menghadapi prospek yang tidak stabil di pasar minyak, baik dalam sisi penawaran maupun permintaan, kata menteri energi UEA Suhail al-Mazrouei pada Sabtu (14/1).

Kapasitas produksi OPEC+ saat ini turun 3,7 juta bph karena lebih sedikit investasi di sektor minyak. Pernyataan UEA tersebut mengindikasikan potensi berkurangnya pasokan minyak dari OPEC+ ke pasar global.

Sentimen positif lainnya datang dari berita bahwa Iran akan berhenti memasok minyak murah ke Suriah, dan meminta Suriah untuk membayar lebih tinggi untuk minyak Iran, sekitar US$70 per barel, dan harus dibayar di muka.

"Iran juga secara tegas menolak melakukan pengiriman baru dengan pembayaran secara kredit. Situasi ini mengisyaratkan pasokan minyak dari Iran ke pasar global akan terbatasi untuk sementara waktu," kata Girta.

Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$83 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$77 per barel. Harga minyak naik lebih dari satu dolar AS pada perdagangan Jumat (13/1).

Sebelumnya Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga minyak akan melanjutkan penguatan pada perdagangan di Senin (16/1).

Dia melihat harga minyak naik satu dolar AS per barel lebih tinggi pada hari Jumat, membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober. Ini sebagai akibat nilai dolar AS turun ke level terendah tujuh bulan, serta lebih banyak indikator menunjuk ke arah peningkatan permintaan dari importir minyak utama Tiongkok.

“Dalam penutupan pasar Amerika, harga minyak dunia di level US$79,91 per barel. Sedangkan dalam perdagangan di hari Senin (16/1) harga minyak akan diperdagangkan menguat di rentang US$78,90 - 81,90 per barel,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Senin (16/1). (E-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya