Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
DEKAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teguh Dartanto menyatakan sependapat dengan apa yang disampaikan pemerintah dalam menyikapi kondisi perekonomian global. Indonesia, menurutnya harus tetap menjaga optimisme perekonomian dengan tetap mewaspadai perkembangan yang ada.
"Kita memang harus terus menjaga optimisme, tetapi optimisme yang berdasar. Saya setuju dengan penyataan Presiden, tetapi saya menambahkan sedikit bahwa optimisme dengan kewasdapaan, bukan optimisme yang cenderung over confidence," ujarnya saat dihubungi, Selasa (11/10).
Baca juga: IHSG masih Terkoreksi Jauhi 7.000
Dia menambahkan, dengan beragam data indikator perekonomian nasional saat ini, optimisme yang dibawa oleh pemerintah cukup meyakinkan. Kinerja ekspor, misalnya, masih mencatatkan tren yang positif dan mampu mendorong pertumbuhan.
Meski ada potensi pengetatan kebijakan moneter melalui penaikan suku bunga, Teguh menilai hal itu masih rasional dan tak serta merta mengganggu kondisi perekonomian dalam negeri. Demikian halnya dengan nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi beberapa waktu ke belakang, dianggap relatif lebih baik ketimbang negara lain.
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga dinilai tidak akan memberi dampak yang cukup buruk pada tingkat inflasi. Sebab, peningkatan inflasi akibat naiknya harga bensin masih dalam kategori terkendali.
Belum lagi, kata Teguh, investasi dalam negeri pada triwulan II 2022 berhasil mencapai target. Itu juga diiringi dengan menguatnya konsumsi masyarakat, sejalan dengan dilonggarkannya pembatasan mobilitas. Dengan berbagai kondisi itu, dia meyakini Indonesia bisa menjaga optimisme terhadap perekonomian nasional.
Namun, dia tetap mengimbau pemerintah tetap mewaspadai ancaman yang mungkin bakal terjadi dan mengganggu kinerja ekonomi dalam negeri. "Pemerintah harus fokus memperkuat pasar domestik atau mendorong konsumsi domestik, mendorong penguatan sistem perlindungan sosial dengan berbagai program bansos," kata Teguh.
"Lalu perlu penguatan sektor UMKM dengan perluasan pasar (go digital), dan penguatan ekonomi pedesaan melalui optimalisasi dana desa, peningkatan nilai tambah domestik dengan hilirasi sektor-sektor pertanian melengkapi hilirisasi sektor pertambangan," tambahnya.
Senada, ekonom senior sekaligus pendiri Segara Institut Piter Abdullah mengatakan, optimisme tetap harus dijaga dan dipertahankan meski kondisi global cukup mengkhawatirkan. Dia mendorong pengambil kebijakan untuk terus menggaungkan optimisme tersebut.
Piter juga menyampaikan, lumrah bila Indonesia optimis lantaran memiliki modalitas perekonomian yang cukup kuat. "Peringatan dari Menkeu dan juga Presiden Jokowi akan terjadinya resesi global ,serta imbauan untuk waspada bukan berarti Indonesia dipastikan juga akan resesi," tuturnya.
"Kondisi indonesia masih cukup baik dan diyakini mampu bertahan menghadapi resesi global. Indonesia berbeda dengan negara-negara yang terlalu bertumpu kepada ekspor," sambung Piter.
Ekonomi Indonesia yang mayoritas ditopang oleh konsumsi domestik justru diyakini akan terus mengalami perbaikan, sejalan meredanya pandemi COVID-19. Kondisi ini juga terbantu oleh masih tingginya harga komoditas unggulan, sehingga kinerja perdagangan nasional tetap mencatatkan surplus.
"Kalaupun indonesia terdampak oleh resesi global, diperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi kita melambat dan tidak bisa mencapai target di atas 5%," terang Piter.
"Itu skenario buruknya. Skenario terbaiknya, kita masih bisa tumbuh di atas 5%. Jadi apa yg disampaikan pemerintah selama ini, bukan sebuah bualan. Pemerintah memang harus selalu optimis, tetapi terukur," pungkas dia. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved