Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KEBIJAKAN penaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sedianya memang memiliki plus minus bagi perekonomian. Namun keputusan bank sentral itu mestinya dilihat secara menyeluruh dan melihat dampak ikutannya.
Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan, langkah BI untuk menaikan tingkat suku bunga acuan kali ini dinilai relevan. Sebab, bank sentral berupaya untuk menekan dan mengendalikan inflasi agar tidak bergerak liar.
"Dengan kebijakan ini diharapkan inflasi bisa berada pada range target yang disampaikan oleh pemerintah," kata dia saat dihubungi.
Inflasi yang terlampau tinggi, kata Yusuf, akan berimplikasi pada daya beli masyarakat dan justru mengganggu laju pemulihan ekonomi nasional. Tingginya inflasi juga akan mempengaruhi kondisi pasar uang Indonesia.
Tingkat inflasi yang tinggi tak akan menarik bagi investor pasar uang lantaran dapat menggerus imbal hasil. Karenanya, Yusuf menilai, penaikan suku bunga acuan oleh BI merupakan hal yang tepat untuk bisa mengendalikan inflasi.
Lagi pula, suku bunga acuan tidak bersifat statis. Setiap bulan, BI dapat mengubah besarannya melalui rapat dewan gubernur (RDG) dengan mempertimbangkan situasi terkini.
Baca juga: YLKI Sebut Pemakaian Kompor Listrik Malah Bikin Boncos
"Misal, inflasi dalam realisasinya tidak begitu tinggi, maka tentu opsi membuka untuk menurunkan kebijakan suku bunga acuan bisa kembali dijalankan oleh BI," kata Yusuf.
Dia tak menampik, kenaikan suku bunga acuan BI itu akan berdampak pada naiknya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh dunia usaha. Sebab, itu akan mengerek kenaikan suku bunga kredit perbankan dan imbal hasil yang diberikan di pasar keuangan.
Akibatnya, potensi peningkatan ongkos pelaku usaha terbuka lebar, baik melalui pembiayaan kredit maupun pembiayaan obligasi. "Namun demikian tentu kebijakan ini juga perlu dilihat dari konteks lain terutama dalam upaya mendorong agar inflasi tidak mengalami ataupun meningkat secara signifikan terutama di beberapa bulan ke depan," jelas Yusuf.
"Kita tahu bahwa salah satu instrumen yang bisa dilakukan dalam menekan inflasi adalah suku bunga acuan sehingga upaya untuk menjaga inflasi berada pada level yang tidak terlalu tinggi merupakan hal yang kemudian perlu dilakukan," tambahnya. (OL-4)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved