Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
Pemulihan ekonomi Indonesia disebut berada pada jalur yang tepat dan cenderung menguat meski ancaman global meningkat. Hal itu ditunjukkan dengan tren pertumbuhan tiga triwulan terakhir yang terjadi di Tanah Air.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Abdurohman dalam diskusi bersama Asian Development Bank (ADB), Rabu (21/9).
"Perekonomian terus pulih selama tiga triwulan terakhir. Perekonomian secara konsisten berhasil tumbuh di atas 5%, di triwulan II tahun ini, kami mampu tumbuh 5,44%. Saya pikir ini melebihi ekspektasi para analis pasar, terutama didorong oleh konsumsi dan kinerja ekspor yang kuat," jelasnya.
Pemerintah, kata Abdurohman, meyakini ekonomi sepanjang tahun akan berada di kisaran 5,1% hingga 5,4%, mendekati prakiraan tertinggi. Itu karena berbagai indikator dan pergerakan ekonomi dalam negeri terus menunjukkan penguatan.
Pada triwulan III 2022, misalnya, pertumbuhan ekonomi diyakini akan melampaui capaian pertumbuhan triwulan sebelumnya. Selain didorong oleh pemulihan, faktor low base effect menjadi penopang lain yang dapat mengungkit level pertumbuhan.
"Kita punya banyak efek ini ke Delta Varian triwulan ketiga tahun lalu. Saya pikir triwulan ketiga tahun ini akan lebih kuat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan kedua," kata Abdurohman.
Sedangkan dari sisi inflasi, pemerintah memperkirakan akan berada di kisaran 6,6% hingga 6,8%. Perkiraan itu jauh lebih tinggi dari yang diproyeksikan oleh ADB di level 4,6%. Kendati begitu, peningkatan inflasi diyakini tak akan menggerus daya beli atau tingkat konsumsi masyarakat.
Sebab pemerintah telah mengalihkan sebagian penambahan dana subsidi ke bantuan sosial. Hal itu dianggap dapat menjaga dan menguatkan daya beli masyarakat meski terjadi penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Di situlah saya pikir pada tahun 2022 pertumbuhannya akan tetap cukup kuat meskipun ada penyesuaian harga BBM," jelas Abdurohman.
Sedangkan Kepala Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menyatakan, perekonomian Indonesia tetap tumbuh solid meski sejumlah negara mengalami pelemahan akibat sejumlah peristiwa dunia. Dengan kondisi itu, ia menilai pertumbuhan sepanjang tahun ini akan berada di level 5,17%.
"Indonesia berada dalam fase pemulihan yang kuat tahun ini meski ada beberapa kejadian dunia yang banyak mempengaruhi perekonomian. Tapi kita juga tahu Indonesia sangat diuntungkan dari kenaikan harga komoditas akibat invansi Rusia ke Ukraina," jelasnya.
Hal yang perlu diperhatikan Indonesia ialah adanya potensi pelemahan ekonomi dunia, atau bahkan resesi global di tahun 2023. Pasalnya, ancaman itu akan mendorong banyak pemerintahan dan bank sentral melakukan normalisasi kebijakan.
Hal itu dinilai akan cukup berdampak bagi perekonomian domestik. Karenanya, Dian memperkirakan ekonomi Indonesia akan sedikit mengalami pelambatan tahun depan bila dibandingkan dengan tahun ini. Diperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh di level 5,04%.
"Dengan kemungkinan dinamika ekonomi dunia tahun depan, dari sisi domestik kita juga mungkin akan melakukan normalisasi kebijakan. Belum lagi upaya konsolidasi fiskal pemerintah untuk mengembalikan defisit maksimal 3% terhadap PDB," kata Dian.
"Jadi pertumbuhan tahun 2023 akan sedikit terdampak dan sedikit melambat karena risiko global di 2023 akan jauh lebih tinggi dibandingkan saat ini," pungkasnya. (OL-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved