Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Ikappi: Kenaikan BBM Kerek Harga Sembako

Insi Nantika Jelita
06/9/2022 15:28
Ikappi: Kenaikan BBM Kerek Harga Sembako
Pedagang bawang merah menunggu pembeli di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta.(ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

DEWAN Pengurus Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP Ikappi) menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak terhadap banyak sektor, khususnya pangan seperti sembako.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan menaikkan harga BBM jenis RON 90 atau pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Sementara itu, harga minyak diesel atau solar naik dari Rp5.150 per liter ke Rp6.800 per liter.

"Kenaikan harga BBM akan berdampak sangat besar terhadap kenaikan harga sembako," kata Ketua Bidang Penguatan Usaha dan Investasi DPP Ikappi Ahmad Choirul Furqon dalam keterangannya, Selasa (6/9).

Ia mengatakan dampak kenaikan BBM sudah mulai terlihat dengan naiknya harga daging ayam dan cabai di sejumlah daerah.

"Dampak kenaikan harga BBM untuk awal saja sudah terlihat sekali. Baru berapa BBM naik, harga daging ayam di sudah mulai naik, harga cabai di Tasikmalaya sudah naik," sebutnya.

Selain itu, sebelum diumumkan kenaikan BBM pada Sabtu (3/9), harga telur sudah naik, dari Rp27 ribu per kilogram (kg) lalu beranjak menuju Rp32 ribu per kg pada Agustus. Hal ini diproyeksikan akan terus tinggi bersama komoditas pangan lainnya.

Baca juga: Subsidi Angkutan Antarmoda di KSPN Dorong Pemulihan Ekonomi

Achmad menyebut kenaikan harga BBM ini akan memberikan efek domino terhadap kehidupan masyarakat, seperti inflasi, biaya transportasi, hingga berdampak pada lonjakan harga pangan.

"Jika inflasi dianalisa awal hanya sekitar 4%, maka ada kemungkinan pasca kenaikan harga BBM analisa dari perbankan dan ekonom menyebutkan paling buruk 6%," ucapnya.

Ia berharap pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini tidak hanya menggunakan kebijakan populis, tapi harus dengan pertimbangan logis dan matang. Serta, jangan sampai kebijakan ini dinikmati oknum atau segelintir orang.

"Kami berharap pemerintah tidak hanya menggunakan kebijakan populis sebagai solusi, tapi harus kebijakan yang memang subtantif," tutur Ahmad.

"Kita tahu sejak lama Indonesia disandera oleh mafia migas, kami harap kenaikan harga BBM ini tidak hanya menguntungkan para importir migas dan menyengsarakan masyarakat," tudingnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya