Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Tetap Optimis Ekonomi Tumbuh sesuai Target

M. Ilham Ramadhan Avisena
08/8/2022 14:48
Tetap Optimis Ekonomi Tumbuh sesuai Target
Ilustrasi(ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

PEMERINTAH meyakini pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022 masih akan berada dalam kisaran target, yakni sekitar 5%. Kendati tren perekonomian global dalam keadaan tak menentu, pengambil kebijakan meyakini ekonomi domestik memiliki fundamen yang cukup kuat. 

"Pertumbuhan ekonomi itu masih akan berada dalam range, batas bawah adalah 5,3%. Penerimaan negara di 2022 ini kita masih melihat tren kuat walau harga komoditas melandai atau menurun," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu dalam taklimat media, Senin (8/8). 

Baca juga: BPS: Periode 2019 Sampai Juni 2022, Cadangan Beras Nasional Surplus

Dari dokumen BKF, pendapatan negara tercatat mencapai Rp1.551 triliun, tumbuh 21,2% (year on year/yoy). Sedangkan realisasi belanja negara tercatat Rp1.444,8 triliun, atau tumbuh 13,7% (yoy). 

Tren pendapatan negara yang tinggi, kata Febrio, diperkirakan akan sedikit melambat pada semester II 2022 lantaran harga-harga komoditas di level internasional berangsur melandai. 

Demikian halnya dengan penerimaan pajak yang diperkirakan akan sedikit melambat. Pasalnya, di semester I 2022 pemerintah menjalankan Program Pengungkapan Sukarela (PPS) dan mendongkrak kinerja penerimaan pajak. 

"Pada semester II, penerimaan pajak diperkirakan masih akan tumbuh dengan baik sejalan dengan perkembangan ekonomi. Namun demikian, pertumbuhannya diperkirakan tidak akan sekuat semester I karena beberapa item penerimaan yang tidak akan terulang pada semester II, antara lain PPS dan PPh OP/Badan Tahunan," jelas Febrio.

Meski diperkirakan sedikit melambat, dia optimistis defisit anggaran akan jauh lebih rendah dari target. Pemerintah memproyeksikan defisit anggaran tahun ini akan berada di level 3,92% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Proyeksi itu juga telah memperhitungkan penambahan anggaran belanja subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp502 triliun. "Untuk melakukan prediksi, kita cenderung konservatif, memastikan apa yang kita prediksikan tidak terlalu tinggi estimasinya, sehingga APBN terjaga dan resilien," jelas Febrio. 

Di kesempatan yang sama Kepala Ekonom BRI Anton Hendranata mengungkapkan, realisasi kinerja perekonomian nasional di paruh pertama tahun ini cukup impresif. Pertumbuhan ekonomi konsisten bertumbuh di kisaran 5% pada triwulan I dan II meski ketidakpastian ekonomi global meningkat. 

Dia mengatakan, salah satu hal yang mesti menjadi perhatian bagi pemerintah ialah kecendrungan kenaikan tingkat inflasi. "Kita harus hati-hati dengan kondisi inflasi domestik yang mulai terakselerasi. Kalau pun sifatnya mengarah ke permanen, saya kira peranan pemerintah bisa memitigasi supaya daya beli masyarakat tidak turun signifikan," ujar Anton. 

Karenanya, upaya untuk menjaga daya beli melalui penambahan anggaran subsidi dan kompensasi energi perlu diapresiasi. Dengan kebijakan itu, kenaikan harga-harga komoditas energi di level internasional tidak langsung terserap di level konsumen. 

Namun pemerintah diminta tidak berhenti pada penambahan anggaran subsidi dan kompensasi energi. Ragam bantuan sosial yang selama ini telah dijalankan didorong untuk terus dilakukan. Tujuannya agar masyarakat tetap memiliki kemampuan untuk melakukan konsumsi. 

"Tolong bansos itu harus disupport sebaik-baiknya, supaya keinginan pertumbuhan ekonomi untuk tumbuh di atas 5% bisa tercapai, walau harus hati-hati karena tren ekonomi global cenderung melambat," kata Anton. 

"Kalau itu bisa dimitigasi, maka pertumbuhan ekonomi secara full year di 2020 minimum 5% itu rasanya tidak sulit untuk dicapai. Asalkan pemerintah, BI, OJK, dan LPS tentunya berkoordinasi dengan baik sebagai penjaga gawang di sektor riil, moneter, keuangan, dan fiskal," pungkas dia. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya