Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Di antara Negara G20, Inflasi Indonesia Relatif Terjaga

Mediaindonesia.com
02/8/2022 08:45
Di antara Negara G20, Inflasi Indonesia Relatif Terjaga
Indonesia mengalami inflasi tertinggi sejak 2015. Namun kondisi ini masih lebih baik ketimbang negara G20 lainnya.(Antara/Sigid Kurniawan)

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan inflasi Indonesia secara tahunan mengalami peningkatan menjadi
sebesar 4,94 persen (yoy) pada Juli 2022, masih dalam kondisi yang relatif baik dan terjaga.
  
"Kalau dibandingkan dengan beberapa negara G20, utamanya, inflasi kita masih dalam kondisi relatif terjaga,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/8).

Margo menuturkan inflasi sebesar 4,94 persen (yoy) dinilai masih terjaga karena inflasi inti menggambarkan fundamental ekonomi Indonesia yang masih baik yaitu 2,85 persen. Berdasarkan data Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Indonesia yang mengalami inflasi sebesar 4,4 persen (yoy) pada Juni juga masih relatif lebih rendah dibandingkan beberapa negara anggota G20.
  
Pada bulan lalu, Korea mengalami inflasi mencapai 6,1 persen (yoy), Inggris 8,2 persen (yoy), Amerika Serikat (AS) 9,1 persen (yoy) dan Uni
Eropa 9,6 persen (yoy).
  
"Kondisi ini jika dibandingkan dengan beberapa negara kita masih baik. Kategorinya masih aman karena inflasi inti 2,85 persen itu relatif
rendah. Ini menggambarkan fundamental ekonomi kita masih bagus," tandas Margo.

Stabilitas Terjaga

Di tengah tekanan perekonomian global yang meningkat, Stabilitas sistem keuangan (SSK)  Indonesia berada dalam kondisi yang masih terjaga.  Resiliensi SSK triwulan II 2022 menjadikan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk tetap optimis dengan terus mewaspadai seluruh tantangan dan risiko yang dihadapi, sebagai akibat berlanjutnya perang di Ukraina, tekanan inflasi global, serta respons pengetatan kebijakan moneter global yang lebih agresif. 

Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Rapat Berkala KSSK III tahun 2022 pada  akhir pekan kemarin, seperti yang diunggah di situs  Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Senin (1/8). 

Pertumbuhan ekonomi global diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, disertai meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global. Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasokan, diperparah oleh berlanjutnya perang di Ukraina, serta meluasnya kebijakan proteksionisme, terutama pangan. 

Berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS) merespons peningkatan inflasi tersebut dengan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif sehingga menahan pemulihan ekonomi dan meningkatkan risiko stagflasi. Pertumbuhan ekonomi berbagai negara, seperti AS, Eropa, Jepang, Tiongkok, dan India, diprakirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, yang disertai dengan meningkatnya kekhawatiran resesi di AS. 

Untuk diketahui, Bank Dunia dan IMF merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan global tahun 2022, masing-masing dari 4,1% menjadi 2,9% dan dari 3,6% menjadi 3,2%. Meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global mengakibatkan aliran keluar modal asing, khususnya investasi portofolio, dan menekan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Namun, perbaikan perekonomian domestik pada triwulan II 2022 diproyeksikan terus berlanjut, ditopang oleh peningkatan konsumsi dan investasi serta kinerja ekspor. Berbagai indikator dini pada Juni 2022 tercatat tetap baik. Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 15,4% (yoy). Kinerja sektor manufaktur tetap positif sebagaimana tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang masih ekspansif di level 50,2 dan menguat kembali pada Juli 2022 ke level 51,3. 

Konsumsi listrik, baik industri maupun bisnis juga tumbuh positif. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat ke level 128,2 dari posisi Maret 2022 di level 111,0 yang menunjukkan optimisme masyarakat terhadap prospek pemulihan ekonomi.
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) diprakirakan juga tetap kuat, di tengah meningkatnya tekanan terhadap arus modal. Transaksi berjalan triwulan II 2022 diproyeksikan mencatat surplus, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan I, terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan, sejalan dengan masih tingginya harga komoditas global. 

Adapun tekanan terhadap nilai tukar rupiah meningkat sebagaimana juga dialami oleh mata uang negara-negara lainnya, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Hingga 28 Juli 2022, secara year to date (ytd), nilai tukar rupiah melemah 4,55%, namun relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan, seperti Malaysia (6,46%), India (6,80%), dan Thailand (9,24%). 

(Ant/Mir/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik