Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
EPIDEMIOLOG asal Nusa Tenggara Timur, Ewaldus Wera mengatakan bahwa perubahan iklim bisa menjadi salah satu faktor munculnya virus baru seperti halnya covid-19 dan virus yang muncul kembali seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini menyerang ternak sapi di sejumlah daerah di Indonesia.
Menurut Ewaldus, saat ini perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan suhu sebagai dampak dari berkurangnya hutan tropis mendorong hewan-hewan liar bermigrasi dan bahkan berinteraksi dekat dengan manusia.
Kelelawar dan kera hutan sudah memasuki pemukiman penduduk dalam mendapatkan makanan. Banyak hewan liar memiliki penyakit yang sama dengan manusia, dan bisa jadi awal mula munculnya pandemi.
Dalam konteks virus PMK yang kembali mewabah di Indonesia, Ewaldus menyampaikan penyebaran virus PMK sangat mungkin berkaitan dengan perubahan iklim. Kata dia, pemanasan global memungkinkan menjadi pendorong terjadinya perbedaan tekanan udara.
Konsekuensinya adalah meningkatnya kecepatan angin dari satu daerah ke daerah yang lain dan bisa jadi memunculkan wabah penyakit pada hewan.
Baca juga: Mentan SYL Minta Pemerintah Daerah Optimalkan Peran Puskeswan
"Saya pikir sangat mungkin terjadi karena perubahan iklim yang terjadi saat ini berdampak serius pada kesehatan hewan dan mempercepat penyebaran penyakit. Kelembaban udara yang tinggi dan peningkatan kecepatan angin dapat mempercepat penularan virus PMK dari satu farm ke farm lainya," ujar Ewaldus, Jumat (27/5).
Lebih lanjut Ewaldus menyampaikan penyebaran virus PMK melalui udara dalam jarak yang jauh sangat mungkin terjadi, bisa mencapai 60-300 km. Menurutnya ada beberapa faktor yang mendukung penularan jarak jauh melalui udara yaitu jumlah virus, kelembaban udara, kecepatan angin dan topografi daerah.
Daerah dengan topografi datar memiliki resiko lebih tinggi terjadi penularan melalui udara dibandingkan dengan daerah yang berbukit.
"Untuk Jawa Timur dengan Kelembaban udara yang tinggi, lebih dari 60 persen dan kecepatan angin 10-30 km per jam sangat memungkinkan virus PMK stabil di udara dan tetap mempertahankan daya infeksi sampai menemukan host baru," katanya.
Jika dianalogikan, kata Ewaldus, Iklim tropis dengan kelembaban udara di atas 60% yang ada di Indonesia maka sangat memungkinkan bagi penyebaran virus PMK menular melalui udara. Apalagi virus tersebut bisa bertahan hidup dalam udara bebas sampai pada suhu 27 derajat Celcius.
"Untuk itu pemahaman yang lebih baik tentang wilayah geografis yang memiliki risiko penyebaran PMK melalui udara sangat penting dalam mendesain program pencegahan penularan virus," katanya.
Namun dari pada itu, hal yang lebih penting adalah pemerintah harus mendorong peternak untuk memotong ternak yang bergejala klinis PMK melalui tempat yang sudah ditentukan. Hal ini akan mengurangi jumlah virus yang menular lewat udara maupun kontak langsung.
"Pemotongan bisa dilakukan di RPH atau tempat yang sudah ditentukan," ujarnya. (RO/OL-09)
Kunjungan PDHI sekaligus menjadi bentuk dukungan terhadap upaya deteksi dini penyakit mulut dan kuku (PMK) yang tengah diwaspadai menjelang Iduladha.
Menyambut Hari Raya Idul Adha 1446 H/2025 M, Kementerian Pertanian (Kementan) memperketat pengawasan kesehatan hewan kurban.
Pemerintah daerah diminta aktif melaporkan hasil pemeriksaan hewan, baik sebelum (antemortem) maupun sesudah pemotongan (postmortem), melalui aplikasi iSIKHNAS.
JELANG Hari Raya Idul Adha, Pemkab Tuban, Jatim, meningkatkan pengawasan mobilitas ternak antarprovinsi.
Pemkab Bandung Barat membentuk Satgas Penanganan PMK yang terdiri dari unsur pemerintah, TNI, Polri, asosiasi peternakan, dan sektor swasta.
Menjelang perayaan Idul Fitri 2025, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan upaya pengendalian penyakit mulut dan kuku (PMK) tetap berjalan optimal di seluruh Indonesia
pengorbanan juga bisa dilakukan di lingkup yang paling kecil mulai dari level keluarga bahkan hingga rela berkorban demi bangsa dan negara.
Stok hewan kurban di Sulsel sangat mencukupi tahun ini, dengan ketersediaan sapi, kerbau, dan kambing jauh melebihi kebutuhan masyarakat.
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur Said Abdullah mengatakan pihaknya menyalurkan 403 ekor sapi pada Hari Raya Idul Adha tahun ini.
Secara fisik, daging dari berbagai jenis hewan ternak ini memang memiliki perbedaan yang dapat dikenali langsung.
Total ada 1.299 penggerobak sampah dan pasukan kuning DLH Kota Yogyakarta.
Praktik gelonggongan sangat menyiksa hewan dan bertentangan dengan prinsip kesejahteraan hewan serta syariat penyembelihan dalam Islam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved