Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
TEKANAN inflasi yang membayangi Indonesia, mendorong Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk memberi pesan bahwa tren suku bunga simpanan kemungkinan naik, meski tidak akan besar.
Hal itu terlihat dari perkiraan justifikasi atau penentuan tingkat bunga penjaminan (TBP), yang mengacu kondisi ekonomi global maupun pasar dalam negeri.
"Melihat kondisi global maupun pasar dalam negeri, ruang kita turun agak sulit. LPS akan melawan tren kenaikan bunga di luar negeri," ujar Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa, Kamis (19/5).
Baca juga: Ada Tambahan Penerimaan Negara Rp420,1 Triliun di APBN 2022
"Sebenarnya, bisa saja bila memaksakan (turun tingkat bunga penjaminan). Tetapi, ketika ekonomi sudah mendapat dukungan yang cukup, kita tidak perlu merasakan ke sana. Takutnya menjadi hal yang negatif," sambungnya.
Menyoroti berbagai rumus, lanjut dia, tingkat bunga penjaminan (TBP) masih bisa turun. Namun, jika melihat pergerakan suku bunga di pasar, Bank Sentral sudah menyampaikan bahwa hal tersebut sebagai langkah paling akhir.
"Artinya, harus melawan tren. Jadi kalau ditanya ada tidaknya peluang TBP dinaikkan, saya katakan kecil. Lebih besar peluang menurunkan, kalau kita tidak tahu diri," pungkas Purbaya.
Baca juga: Prediksi BI, The Fed Naikkan Suku Bunga Tujuh Kali
Menurut dia, yang terpenting adalah kecukupan pasokan uang di perbankan dan pasar. Hal ini yang akan mendorong perekonomian, bukan hanya suku bunga. Saat ini, suplai uang dikatakannya masih cukup, dengan pertumbuhan sudah di atas 30%.
"Kalau suplai uang cukup, suku bunga (bank) mungkin naik tidak akan begitu tinggi. Walaupun terlihat sinyal sedikit, karena uangnya banyak. Dalam waktu pendek, LPS tidak melihat suku bunga akan naik. Kalau Bank Sentral, saya tidak tahu," tuturnya.
Dengan mobilitas masyarakat yang semakin meningkat karena pelonggaran kebijakan pengetatan, LPS optimistis tren simpanan masih tumbuh seiring pergerakan ekonomi.(OL-11)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen untuk terus mendukung perekonomian nasional. Ini dilakukan perseroan melalui pemberdayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Penutupan sebagian pemerintah AS (shutdown) selama lima pekan, merusak kinerja ekonomi domestik pada kuartal I 2019. Namun, dampak gangguan diprediksi akan segera pulih.
Suku bunga saat ini "sesuai", kata Powell dalam sebuah wawancara luas, acara berita selama 60 menit di CBS tv.
Tingkat pinjaman kepada perbankan umum akan dipangkas 35 basis poin (bps) menjadi 5,40%. Penurunan itu menjadi level terendah sejak 2010.
Inflasi di negara ekonomi terbesar ketiga dunia itu naik 4% secara tahun ke tahun (YoY), kenaikan paling tajam sejak 1981.
BANK of England telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak akhir 2008, pasalnya mereka terus memerangi inflasi yang sangat tinggi di Inggris.
PUSKESMAS, sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dan garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat, memegang peranan penting di wilayahnya.
Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan meningkat menjadi 11-13% pada tahun 2025. Lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi tahun 2024 yang berada di kisaran 10-12%.
Kariernya dimulai di perusahaan perbankan multinasional, tempat ia memimpin tim produk dalam mengembangkan bisnis kartu kredit, loyalty program, dan bancassurance.
Terbatasnya akses kredit untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) diakibatkan oleh masalah struktural yang bersifat sistemik.
OrderFaz berfokus pada inovasi pembayaran dan penjualan online
TIGA bulan sudah pelaku sektor perbankan meninggalkan 2023 dengan berbagai catatan kritis.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved