Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Tingkatkan Literasi Keuangan, Fintech AdaKami Gandeng Figur Publik

Ihfa Firdausya
21/3/2022 18:45
Tingkatkan Literasi Keuangan, Fintech AdaKami Gandeng Figur Publik
Perusahaan fintech peer to peer lending AdaKami mengumumkan kolaborasinya dengan artis Yuki Kato di Jakarta, Senin (21/3).(MI/Ihfa)

PLATFORM  peer-to-peer lending online (fintech) lokal AdaKami menegaskan kembali komitmennya untuk terus meningkatkan literasi keuangan di Indonesia. Kali ini, AdaKami menggandeng aktris dan presenter Yuki Kato untuk berkolaborasi dan membantu menyampaikan proses edukasi lebih luas lagi.

Menurut Business Development Manager AdaKami Jonathan Krissantosa, pihaknya berharap melalui kolaborasi ini, edukasi mengenai keuangan khususnya pinjaman online (pinjol) jauh lebih efektif.

"Yuki ini salah satu upaya kita mengedukasi (masyarakat). Kita punya banyak banget program, kita sempat bikin pilot project dan kita lihat antusias masyarakat ternyata lebih mau dengerin Yuki. Harapannya netizen jauh lebih mau mendengar edukasi keuangan supaya ke depannya AdaKami dan platform-platform lain punya user yang berkualitas,“ kata Jonathan dalam acara konferensi pers di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (21/3).

Salah satu edukasi yang penting ialah membantu masyarakat untuk tidak terjebak pada pinjol ilegal. Karena pada dasarnya, menurut Jonathan, AdaKami hadir dengan semangat literasi dan iklusi keuangan.

"Karena konsep dasarnya adalah kami melayani orang-orang yang unbank atau underserve, artinya mereka belum punya akses ke perbankan, atau portofolionya terlalu kecil untuk dapat pinjaman di bank," jelasnya.

Dia pun memberikan tips melakukan pinjaman yang benar. Pertama, pinjaman tidak boleh lebih besar 30% dari penghasilan bulanan.

Selanjutnya yang harus diperhatikan adalah bunga yang ditawarkan. Jonathan menjelaskan bahwa fintech resmi yang terdaftar di OJK menerapkan bunga maksimal 0,4% per hari.

"Bedanya kalau yang ilegal bunganya suka-suka mereka, hari ini 0,4% besok 1%, besoknya 10%. Itu yang sering terjadi karena informasinya gak jelas. Sementara kalau yang sudah berizin (OJK) itu semua jelas, tenor pinjamannya, kapan harus bayar, bayarnya ke mana, itu informasinya sudah ada di aplikasi," paparnya.

Dia juga mengingatkan agar masyarakat meminjam uang dengan tujuan yang jelas. Akan lebih baik jika pinjaman tersebut dapat menghasilkan suatu aset.

Jonathan mencontohkan bahwa semenjak pandemi covid-19, 40% pengguna AdaKami menggunakan pinjamannya untuk modal usaha. "Jadi sebenarnya pemahanan masyarakat yang sudah melek finansial sudah tahu sebenarnya (pinjamannya) harus dipakai untuk apa," katanya.

Selain itu, bisa untuk dana darurat, termasuk bayar uang sekolah atau biaya berobat. "Dan gak jarang juga user kita (menggunakannya) tetep spending karena kebutuhan harian itu kan gak mungkin berhenti," ujarnya.

 

Baca juga: ShopeePay Perluas Dukungan bagi Bisnis Lokal dengan Menghadirkan Program Semangat UMKM Lokal di Kota Batam

 

Yuki Kato menyambut positif kolaborasi ini dan berharap dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami arti pentingnya literasi finansial itu sendiri. Menurut Yuki, dengan adanya kolaborasi bersama AdaKami ini, masyarakat dapat lebih paham mengenai pengelolaan secara bijak dan memiliki siklus keuangan yang sehat dan baik.

"Harapannya ingin banget untuk mengedukasi lebih luas untuk masyarakat Indonesia tentang apa sih peer-to-peer lending, kalau mau minjem kayak gimana, cara bayarannya bagaimana," kata Yuki.

"Karena kita bekerja sama, aku pun sering banyak nanya sama teman-teman di AdaKami tentang keuangan. Aku senang bisa menjadi speaker-nya untuk teman-teman yang butuh edukasi itu, dan aku pun dapat edukasi yang sama," imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Financial Trainer Ligwina Hananto menjelaskan bahwa utang tidak selalu jelek, ada utang baik, ada utang jahat. Utang yang baik akan menyebabkan kita memiliki aset atau sesuatu yang bermanfaat.

"Kalau utang jahat, efeknya panjang, karena biar cepet aja dapat hari ini tapi bikin pusing, marah-marah, dan lebih parah bikin hubungan dengan orang-orang terdekat kita berantakan," ungkapnya.

Agar tidak terjerat utang yang jahat, pengeluaran pun harus diatur. Untuk itu, Ligwina memberikan rumus pengeluaran yang baik yakni rumus 1234. Artinya, pengeluaran setiap bulan terbagi menjadi empat.

Antara lain, minimum 10% untuk menabung dan investasi. Kedua, maksimal 20% boleh dipakai foya-foya. Ketiga, maksimal 30% untuk pembayaran cicilan.

"Baru sekitar 40-60 persen untuk biaya hidup sehari-hari, buat makan, transport, bayar listrik, dan sebagainya. Gak harus baku seperti itu, tapi pengeluaran kita akan selalu ikut di empat kategori itu," pungkasnya. (S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya