Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor Produk Olahan

M. Ilham Ramadhan Avisena
19/3/2022 14:45
Indonesia Perlu Tingkatkan Ekspor Produk Olahan
Pekerja memuat minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) ke dalam kapal tanker di Pelabuhan Dumai, Dumai, Riau, Rabu (3/2/2021).(Antara/Aswaddy Hamid. )

INDONESIA dinilai perlu meningkatkan ekspor produk olahan dan tidak menggantungkan ekspornya pada komoditas. Bergantung pada komoditas menyebabkan kinerja perdagangan dipengaruhi oleh fluktuasi harga dunia. Dibutuhkan upaya terstruktur untuk pelan-pelan menggeser komoditas sebagai andalan ekspor.

"Sekitar 45% ekspor Indonesia berbasis komoditas yang harganya fluktuatif dan sangat bergantung dengan dinamika yang terjadi di seluruh dunia," jelas Senior Fellow Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Deasy Pane melalui siaran pers, Sabtu (19/3). 

Baca juga: Bahas Food Estate di Kementan, Menko Luhut Minta PUPR Segera Bangun Irigasi 

Rilis ekspor impor BPS terbaru kembali menunjukkan capaian tertinggi kumulatif Januari-Februari 2022 di bandingkan tahun-tahun sebelumnya, melanjutkan prestasi capaian ekspor di tahun 2021. Namun demikian, sebagaimana diketahui, ekspor Indonesia masih didominasi oleh produk berbasis komoditas yang memang harganya meningkat tajam. Sementara itu, jika dilihat secara volume ekspor, sebenarnya tidak sebombastis itu.  

Konflik Rusia-Ukraina, walaupun tidak berpengaruh langsung terhadap volume perdagangan Indonesia, berpengaruh signifikan pada pergerakan harga komoditas yang akan mempengaruhi nilai perdagangan Indonesia.

Tingginya harga komoditas akan berpengaruh pada capaian ekspor Indonesia. Namun tidak mencerminkan kualitas dan daya saing produk Indonesia, serta hanya bersifat sementara.

Dalam dua dekade terakhir kontribusi ekspor Indonesia ke dunia stagnan di angka 0,9%. Sementara itu, pelaku usaha industri yang terlibat dalam kegiatan ekspor juga hanya sekitar 18 persen, yang menunjukkan sebagian besar pelaku usaha Indonesia berorientasi domestik.

Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah perlu mendorong pelaku usaha agar berani bersaing di dalam negeri dan pasar ekspor, didukung oleh upaya peningkatan produktivitas dan kualitas yang memenuhi standar internasional. Hal ini dapat dilakukan melalui komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang mendukung, iklim persaingan usaha yang sehat, peningkatan kapasitas tenaga kerja dan infrastruktur yang mendukung.

Selain itu, dukungan terhadap inovasi, research and development dan penyerapan teknologi perlu ditingkatkan. Kurangnya ekosistem research and development bisa berdampak pada lemahnya motivasi pelaku usaha untuk berinovasi dan hanya memanfaatkan pasar domestik yang besar untuk mendapatkan keuntungan.

Padahal research and development dibutuhkan untuk mengoptimalkan nilai produk atau menambah efisiensi proses, yang memang diperlukan untuk bersaing di pasar global.

"Dari sisi demand, pemerintah perlu memastikan akses pasar ekspor dapat mudah dan berbiaya rendah dengan penurunan hambatan tarif dan non tarif di pasar ekspor dan penyediaan informasi pasar yang lengkap dan mudah diakses," pungkas Deasy. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya