Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Inflasi Diperkirakan Tembus 3% di April dan Mei

M. Ilham Ramadhan Avisena
04/3/2022 20:49
Inflasi Diperkirakan Tembus 3% di April dan Mei
Sejumlah kendaraan mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Pertamina, Kuningan, Jakarta, Jumat (14/1).(Antara)

DIREKTUR Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memprediksi laju inflasi di Indonesia bakal meningkat hingga 3% pada April dan Mei, atau dalam periode Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Hal itu menurutnya mesti diperhatikan kendati pemicu utama kenaikan inflasi bukan komoditas inti.

"Kalau naik itu pasti naik, terutama menjelang hari Ramadan dan hari raya (lebaran) itu di atas 3%. Tapi kalau terlalu tinggi saya kira tidak juga, karena sebagian komoditas itu bukanlah komoditas utama, kecuali kalau beras, itu pengaruhnya baru besar," ujarnya kepada Media Indonesia, Jumat (4/3).

Tauhid mengatakan, kenaikan inflasi dalam periode Ramadan dan Idulfitri merupakan pola rutin yang terjadi. Namun hal itu bakal didorong lebih kuat karena adanya peningkatan harga minyak mentah dunia yang saat ini telah melampaui US$110 per barel.

Naiknya harga minyak mentah dunia, imbuh Tauhid, akan mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tanah Air. Bila harga BBM mengalami lonjakan, dia meyakini inflasi bakal menyentuh 3% pada April dan Mei 2022.

"Karena pengaruhnya kepada sektor lain itu cukup kentara, bukan hanya makanan, tapi juga transportasi, logistik, dan lainnya. Hal itu yang memungkinkan inflasi bisa di atas 3% (yoy), terutama pada April dan Mei pada saat Ramadan dan hari raya (lebaran)," jelasnya.

Sedangkan kenaikan harga untuk komoditas pangan inti dinilai masih berada dalam area yang dapat dikelola. Kecenderungan peningkatan inflasi akibat harga komoditas pangan dinilai tak akan terlalu tinggi.

Umumnya, kata Tauhid, peningkatan inflasi pada komoditas pangan terjadi pada beras. Bila harga beras melambung tinggi, otomatis inflasi akan terkerek naik. Namun saat ini harga beras masih terkendali dan terjangkau.

Demikian halnya dengan harga minyak goreng yang belakangan menjadi isu publik. Tauhid menyatakan, kenaikan harga minyak goreng sejatinya telah terjadi secara bertahap sejak akhir 2021, sehingga efeknya pada inflasi tak terlalu besar saat ini.

"Minyak dan gas itu mereka jauh lebih dominan dari minyak goreng, karena minyak goreng sudah dicicil kenaikannya dari tahun lalu. Kedelai itu masih sedikit, kalau sapi, ada alternatif pilihan. Memang yang agak pengaruh itu ada di minyak dan gas," jelas Tauhid.

Diketahui sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi 0,02% pada Februari 2022. Namun inflasi tahun kalender tercatat sebesar 0,54% dan inflasi tahun ke tahun sebesar 2,06%. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya