Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Gunung Prisma Dorong Penerapan Ekonomi SIrkular di Industri Baja 

Ghani Nurcahyadi
18/1/2022 22:48
Gunung Prisma Dorong Penerapan Ekonomi SIrkular di Industri Baja 
Ilustrasi produksi baja(Antara/Fakhri Hermansyah)

KEGIATAN ekonomi tidak lagi sekadar berfokus pada pertumbuhan positif tetapi juga memadukan dan memperhatikan daya dukung sumber daya yang terbatas agar ada keberlanjutan dan kelestarian lingkungan sekitar dan ekosistem global, yang digaungkan sebagai ekonomi sirkuler. 

Produksi baja merupakan salah satu sektor industri yang memiliki potensi untuk mendukung ekonomi sirkular dalam halnya sebagai bahan baku yang bisa sepenuhnya didaur ulang. 

Direktur PT Gunung Prisma Liwa Supriyanti mengatakan, ekonomi sirkular ini bisa mulai dari pengelolaan perusahaan dengan komitmen hijau. 

"Melalui penyediaan bahan konstruksi berbahan baja yang didapatkan dari produsen dengan teknologi hijau dan solusi yang berkelanjutan dan mendorong tanggung jawab sosial kepada masyarakat," ujarnya. 

Dalam lingkup negara, ekonomi sirkular yang diadopsi dalam Visi Indonesia 2045 dan pembangunan rendah karbon menjadi komitmen dan upaya untuk menanggulangi permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan yang sejalan dengan Paris Agreement 2030. 

Kementerian Perindustrian awal 2021 menyebutkan kapasitas daur ulang besi baja di dalam negeri sebesar 9 juta per tahun, terdiri dari 60 perusahaan, dengan utilisasi produksi berada di tingkat 40% dan kebutuhan bahan baku daur ulang 4 juta per tahun. 

Baca juga : OPEC: Permintaan Minyak 2022 Mampu Atasi Ancaman Omikron

Dalam studi yang disusun bersama oleh Bappenas, UNDP,dan Kedubes Denmark, terbit pada Januari 2021,  sektor konstruksi diantara 5 sektor prioritas ekonomi sirkular, masih butuh diefisiensikan dan menghasilkan banyak limbah, sebesar 29 juta ton pada 2019, dengan proyeksi peningkatan limbah di 2030 sebesar 82%, atau 52,8 juta ton, apabila yang dilakukan hanya “business as usual”. 

Dalam halnya baja, desain ulang produk akan mengurangi penggunaan sumber daya yang ada, seperti baja berkekuatan tinggi dalam konstruksi. Keunggulannya adalah pengurangan bobot sampai 30 persen ketika dipakai sebagai penopang dan penguatan karena secara kuantitas tidak sebanyak baja standar, sehingga ada penghematan dalam jangka panjang, mencapai 33% untuk keseluruhan biaya berbahan logam. 

Dalam laporan di atas, penggunaan baja mutu tinggi di Indonesia masih sangat rendah, diasumsikan 0 persen. Pangsa baja mutu tinggi terhadap total pasar baja sekitar lima persen. 

Penggunaan kembali dan daur ulang bahan memilik manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah biaya pembelian bahan lebih rendah. Di Indonesia, tulangan baja bekas bisa 30% lebih murah dibandingkan tulangan baja baru, dalam kondisi yang memungkinkan dalam perhitungan teknik konstruksi. 

“Peran Gunung Prisma adalah ikut andil dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan secara bertanggung jawab,” ujar Liwa. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik