Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Modal Otot para Kartini Pemanggul Beras Bulog

Adhi M Daryono/E-4
19/5/2016 09:53
Modal Otot para Kartini Pemanggul Beras Bulog
(MI/Adhi Muhammad Daryono)

Pekerjaan yang bermodal otot seperti kuli panggul karung beras lumrahnya dilakukan kaum pria. Untuk mengangkatnya saja, perlu tenaga yang kuat, apalagi jika harus bolak-balik mengangkut puluhan karung yang rata-rata berbobot 15 kg dari tumpukan ribuan karung berisi puluhan ton beras.

Namun, dominasi kaum adam itu tidak berlaku di Gudang Beras Modern Perum Bulog, Campang Raya, Bandar Lampung. Pasalnya sekitar 50 pekerja kuli panggul beras di Gudang Bulog ialah perempuan.

Beragam latar belakang yang membuat kaum hawa ini harus membanting tulang mengangkut beras milik BUMN pangan itu. Meski bukan pilihan yang mengenakkan, mereka tetap harus menjalaninya. Ada yang menjadikannya sebagai pekerjaan utama, banyak pula yang sekadar menyambi.

"Ya capek juga, tapi (sementara) untuk mengisi waktu keluarnya ijazah," ujar Pipit, 18, kepada Media Indonesia, sambil menyeka keringat yang mengucur di wajahnya, kemarin.

Gadis belia ini memang baru saja lulus sekolah menengah kejuruan (SMK) setelah mengikuti ujian nasional dan baru sebulan menjadi kuli panggul di gudang beras tersebut. Alih-alih hanya berpangku tangan atau menopang dagu, Pipit berupaya mencari penghasilan dengan menjadi kuli panggul untuk memindahkan beras yang baru datang ataupun yang mau diangkut dari gudang beras tersebut.

Meski tampak kelelahan ia tetap semangat memanggul 3 karung beras yang nyaris berbobot setengah kuintal dalam sekali angkut. Tak urung, setiap hari ia mampu memanggul 50 hingga 60 karung per hari. Hasilnya, ia menerima upah sekitar Rp90 ribu hingga Rp120 per hari.

"Paling besar upah Rp120 ribu per hari. Upahnya sama dengan para kuli panggul pria," jelas Pipit.

Bedanya, lanjut Pipit, kuli panggul laki-laki bisa membawa 5 karung dalam sekali angkut.

Berbeda dengan Pipit yang hanya menyambi, bagi Uwoh, 56, memanggul karung beras adalah profesi yang sudah dijalaninya sejak lima tahun lalu. Guratan waktu itu pun seperti terukir di wajahnya yang gelap akibat sering terbakar panas matahari.

"Ya mau kerja apa lagi, ya memang setiap hari ini kerja saya. Ya mau bagaimana lagi, untuk anak sekolah," kata Uwoh.

Ibu empat orang anak ini mengaku tidak mendapat tentangan dari keluarga terutama dari suaminya saat memutuskan menjadi kuli panggul beras di gudang Bulog. Dengan penghasilan yang disebutnya lumayan, Uwoh tidak merasa malu akan profesinya itu, bahkan bersukahati.

"Ya saya senang saja kerja seperti ini, enggak apa-apalah," tutupnya sambil tersenyum.

Walau bukan sebuah pekerjaan idaman bagi kaum perempuan, menjadi pemanggul karung beras merupakan­ bagian upaya mereka bertahan. Demi menghidupi keluarga dan memberi masa depan yang lebih baik buat anak mereka, modal otot pun menjadi pilihan terakhir para Kartini ini untuk mengais rezeki. Salut. (Adhi M Daryono/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya