Headline
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
HARGA minyak tertekan tajam setelah harganya sempat menyentuh zona Rp1.200.000/barel. Koreksi harga minyak terjadi setelah rilis data inflasi AS yang memberikan dorongan pada USD sehingga membuat minyak mentah yang biasanya didenominasi dalam USD menjadi lebih mahal bagi mata uang lainnya.
Selain terpengaruh oleh data inflasi AS tersebut, harga minyak mentah juga terpengaruh oleh pernyataan dari Presiden AS Joe Biden yang berniat menurunkan biaya energi, dengan pernyataan tersebut, sontak membuat harga minyak mentah AS cukup terkoreksi tajam karena terjadi ditengah naiknya inflasi AS.
Baca juga: Aturan Sudah Lengkap, BPJAMSOSTEK Gencarkan Sosialisasi Program JKP
Sementara itu, dari beberapa ekonom melihat bahwa dengan naiknya harga minyak mentah AS tersebut dapat semakin mendorong para pengusaha pengeboran minyak mentah Shale di AS untuk beroperasi dan kembali membuat posisi permintaan dan penawaran tidak seimbang.
"Menjelang masuknya musim dingin dan harga minyak yang cukup tinggi juga turut menjadi perhatian pasar karena perlu diwaspadai jika para pengusaha minyak mentah Shale dapat menggelontorkan cadangannya sebanyak 1 juta barel ke pasar," kata Girta Yoga, Research & Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), Jumat (12/11).
Koreksi yang terjadi pada harga minyak membuat sejumlah areal harga dalam perhatian, diantaranya adalah zona support terdekat yang berada di areal Rp1.130.000 dan zona resistance terdekat di areal Rp1.200.000/barel.
Zona support terjauh harga minyaknya berada di areal Rp1.090.000 hingga ke zona Rp1.080.000. Sementara untuk zona resistance terjauhnya berada di areal Rp1.250.000 hingga ke zona Rp1.300.000/barel.
Harga emas bergerak positif di atas zona USD 1840 Data CPI rilis lebih baik dari perkiraan ekonom
Harga emas bergerak naik dan berkonsolidasi di atas zona USD1840, di saat yang bersamaan nilai USD juga ikut menguat akibat rilis dari data inflasi AS yang cukup baik dan melampaui perkiraan ekonom.
Berdasarkan data inflasi AS, data Consumer Price Index (CPI) bulanan dirilis tumbuh sebesar 0,9% dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,4%.
Dengan kondisi CPI yang cukup baik tersebut, hal ini seperti pedang bermata dua, dimana di satu sisi memberikan dukungan pada aset emas yang menjadi aset perlindungan terhadap inflasi dan membuat harganya menguat.
Sementara di satu sisi kenaikan inflasi tersebut menjadi acuan data bagi the Fed untuk mulai kembali menggerakan kebijakan moneternya pasca penurunan kebijakan pembelian obligasi bulanannya yang biasanya memberikan dorongan pada tingkat imbal hasil obligasi AS dan memberikan tekanan pada harga emas.
Dengan kenaikan tajam yang terjadi sebelum rilis data inflasi AS, maka support harga emas kini berada di kisaran USD1832 dan resistance terdekatnya berada di kisaran USD1850 hingga ke zona USD1860. Support terjauh harga emasnya berada di areal USD1824 hingga ke zona USD 1815, sedang untuk resistance terjauhnya berada di areal USD1870.
Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan inflasi tinggi AS bersifat sementara dan tidak akan berpengaruh terhadap kenaikan suku bunga sampai akhir tahun.
"Kenaikan suku bunga baru di tahun 2023. Ini yang membuat harga emas dunia melonjak tadi malam di USD1867 per troy ounce. Ada harapan emas akan menyentuh USD1922 per troy ounce akhir tahun ini," kata Ibrahim. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved