Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
Di saat pelaku bisnis lain mengaku terpuruk pada masa pandemi covid-19, merek busana muslim Nibras justru akan membuka pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, dengan target menyerap 1.000 orang tenaga kerja, pada akhir 2021. Nibras menyasar segmen busana muslim yang dipasarkan sepenuhnya dengan sistem kemitraan dengan diskon 20% hingga 40% dari harga jual pada mitranya.
Sempat tertahan pada 2020 hingga hanya tumbuh 1,5%, kondisi berhasil diputarbalikkan pada 2021. Sepanjang Januari hingga Juli 2021, Nibras berhasil tumbuh hingga 62%. "Untuk memenuhi permintaan pasar yang terus naik, kami akan buka 12 line di pabrik terbaru sehingga nantinya Nibras punya tiga lokasi prodduksi yaitu Purwakarta, Bandung dan Pemalang. Di Purwakarta sebelumnya sudah ada pabrik, tapi tidak sebesar yang akan kami buka nanti," ujar General Manager Sales and Retail PT Fatahillah Anugerah Nibras Nibras Dwimas Shoni Pambudi usai acara Berbagi untuk Negeri Bersama NIBRAS yang dihadiri Menteri/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno serta Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta di Jakarta Barat, Selasa (17/8).
Kinerja Nibras itu diapresiasi Sandiaga, terlebih ketika perusahaan yang kini memasuki pasar digital itu mengadakan kegiatan berbagi sembako dan busana muslim sebanyak 20 ribu paket, yang 2.000 diantaranya didedikasikan untuk warga Jakarta.
"Mari bekerja dengan sepenuh hati untuk membantu masyarakat, termasuk berbagi pada saat sulit. Semoga ini menjadi jalan bagi sektor ekonomi kreatif untuk terus melakukan transformasi dan akselerasi di masa pandemi," ujar Sandiaga.
Sandiaga mengaku mengapresiasi Nibras yang bisa melakukan terobosan di masa kontraksi saat ini. "Sebelumnya hanya ada tiga subsektor ekonomi kreatif yang bisa tampil cemerlang di masa pandemi, yaitu aplikasi, gaming serta ekonomi digital. Kini, bertambah dengan kriya, kuliner dan fesyen. Mereka juga sukses bertransformasi dengan melakukan akselerasi dan mengadopsi prokes," ujar Sandiaga.
Sandiaga memaparkan, kontribusi industri ekonomi kreatif pada PDB mencapai Rp1.100 triliun atau 77,4%. Kekuatan ekonomi kreatif Indonesia saat ini menduduki posisi tiga dunia setelah Amerika Serikat dengan industri hiburan di Hollywood, Korea Selatan dengan Kpop-nya.
"Tahun lalu sempat terkontraksi hingga 2,5%, namun tahun ini dengan perbaikan daya beli dan berbagai upaya pengendalian, kita optimistis bisa tumbuh kembali menjadi 8-12%," kata Sandiada.
Senada dengan Sandiaga, optimisme juga diungkapkan Dwimas yang mengaku pembeda utama Nibras adalah hubungan baik dengan para mitranya, selain tentunya kualitas dan desain yang selalu diperbaharui. "Setiap minggu ada 3 hingga 5 model baru yang kami keluarkan. Kami konsisten menggarap pasar menengah ke bawah, maksimal harga eceran kami hanya Rp228.000. Itu harga eceran ya, bagi para mitra kami berikan diskon sesuai status kemitraan mereka," kata Dwimas yang mengaku memiliki mitra di seluruh Indonesia dan mengandalkan pengiriman dengan ekspedisi.
Didirikan pada 2011, lanjut Dwimas, Nibras sukses menciptakan rasa kepemilikan di antara para mitranya hingga mereka berinisiatif menggelar pertemuan untuk bersilaturahmi secara swadaya. Terkait produksi, Nibras sempat memberlakukan sistem pengerjaan di rumah masing-masing penjahit, melakukan maklun, hingga akhirnya membuka pabrik sendiri untuk memproduksi gamis, baju koko, hingga sarung. "Sekitar 60% produksi kami adalah gamis," kata Dwimas tentang segmen emak-emak yang jadi pasar terbesarnya. (*/X-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved