Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Produktivitas dan Mutu, Kunci Daya Saing Kedelai Nasional

Fetry Wuryasti
05/8/2021 15:13
Produktivitas dan Mutu, Kunci Daya Saing Kedelai Nasional
Perajin tahu dan tempe di Kota Sukabumi, Jawa Barat, terpukul kenaikan harga kedelai belakangan ini.(Antara )

DIPERLUKAN upaya konsisten untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kedelai nasional, bukan saja untuk meningkatkan daya saingnya, tetapi juga mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor untuk komoditas ini.

“Di samping perlu untuk terintegrasi dengan pasar internasional, Indonesia juga harus mengupayakan peningkatan produktivitas kedelai dalam negeri untuk meminimalisir dampak fluktuasi harga yang terjadi di pasar internasional. Peningkatan produktivitas dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing,” ujar Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Indra Setiawan, Kamis (5/8).

Baca juga: Bantu Atasi Covid-19, SRO Ajak Investor Pasar Modal Bertransaksi pada 9 Agustus

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi kedelai nasional hanya mencapai 632.300 ton di tahun 2020. Sementara jumlah impor di tahun yang sama mencapai 2.475.286 ton.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), kebutuhan rata-rata masyarakat Indonesia mencapai 3,2 juta ton per tahun. Kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan tersebut harus dipenuhi lewat impor. Namun pasokan kedelai Indonesia juga terancam di saat harga kedelai dunia mengalami fluktuasi, sebagaimana diungkapkan Indra.

Penelitian CIPS menunjukkan, perlunya evaluasi terkait berbagai intervensi yang dilakukan pada budidaya kedelai. Kontribusi pupuk pada produktivitas kedelai tidak terlalu signifikan karena skala budidaya kedelai tidak seluas padi dan jagung. Dengan demikian, kebutuhan pupuk untuk budidaya kedelai bisa dilakukan tanpa mengandalkan bantuan pemerintah.

Petani kedelai juga perlu dianjurkan untuk bergabung dalam kelompok tani agar memperoleh akses kepada bantuan dan pendampingan dari pemerintah. Hasil Survei Ubinan juga memperlihatkan produktivitas kedelai dari anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang bukan anggota.

“Selain pupuk dan keanggotaan, mitigasi terhadap dampak perubahan iklim terhadap produktivitas jagung dan kedelai serta upaya pengendalian serangan hama dan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) juga perlu diintensifkan. Produktivitas keduanya sangat rentan terdampak perubahan iklim,” jelas Indra.

Penelitian CIPS juga menunjukan kecukupan air merupakan salah satu faktor utama dalam budidaya kedelai karena mempengaruhi produktivitas. Kedelai yang ditanam di lahan sawah yang terairi memiliki produktivitas relatif tinggi.

Indra menambahkan budidaya kedelai pada lahan sawah biasanya dilakukan pada periode Oktober–Desember setelah lahan tersebut ditanami padi sebanyak dua kali pada periode Januari-September. Siklus ini menunjukkan kedelai merupakan tanaman selingan.

Oleh karena itu meningkatkan luasan areal tanam kedelai di lahan bukan sawah dan perbaikan produktivitasnya penting dilakukan, terutama karena produktivitasnya hanya mencapai 13,18 kuintal per hektar, lebih rendah dibandingkan dengan 17,4 kuintal per hektar bila ditanam di lahan sawah.

Untuk meningkatkan produktivitas lahan maupun tenaga kerja, CIPS merekomendasikan penggunaan bibit unggul, peningkatan akses petani terhadap pupuk, penanganan serangan hama / OPT dan penggunaan alat mesin pertanian atau mekanisasi. Selain itu, juga dapat dilakukan perbaikan teknik budidaya, perbaikan dan perluasan jaringan irigasi, penggunaan modifikasi cuaca untuk mitigasi perubahan iklim dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sektor pertanian.

Pemerintah juga perlu fokus mengatasi ketimpangan produktivitas tanaman pangan, termasuk kedelai, antara wilayah Jawa dan luar Jawa, melalui peningkatan teknik budidaya, seperti penggunaan pupuk dan benih unggul, mekanisasi pertanian, dan juga peningkatan akses dan perbaikan jaringan irigasi di luar Jawa. (OL-6)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya