Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

LPEM UI Optimis Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 6,2%-6,7%

Fetry Wuryasti
04/8/2021 13:25
LPEM UI Optimis Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 6,2%-6,7%
KRL melintas dengan latar belakang permukiman penduduk dan gedung bertingkat di Jakarta.( ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

WALAUPUN masih berada dalam wilayah negatif, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia berada dalam titik terdekat ke area positif sejak merebaknya pandemi.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 akan tumbuh pada kisaran 6,2%-6,7%.

Sedangkan untuk setahun penuh 2021 ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 3,4% to 3,9%, karena terjadi hambatan ekonomi akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku mulai awal Juli 2021.

"Kami memperkirakan bahwa Indonesia akan keluar dari resesi dengan ekonomi tumbuh sekitar 6,4% (yoy) (perkiraan berkisar dari 6,2% hingga 6,7%) pada kuartal II-2021," kata Ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky, Rabu (4/8).

Alasannya melihat pada kuartal I-2021, PDB tumbuh -0,74% (yoy), sebuah yang tidak separah tiga kuartal sebelumnya di hampir seluruh sektor. Lebih lanjut, beberapa sektor menikmati pertumbuhan yang positif selama pandemi, dan berekspansi lanjutan di kuartal I-2021.

Sektor manufaktur dengan kontribusi lebih dari seperlima ukuran perekonomian Indonesia, tumbuh 1,38% (yoy), meningkat dari -3,31% (yoy) di kuartal IV-2021. Sektor perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi mencapai 13% dari PDB nasional, tumbuh -1,23% (yoy) dari -3,66% (yoy) di triwulan-IV 2020.

Baca juga: PPATK: Dana Hibah Akidi Sebesar Rp2 Triliun Fiktif

"Dengan diberlakukannya PPKM di sebagian besar kuartal I-2021, tidak heran bahwa semua komponen pengeluaran PDB menurun, kecuali konsumsi pemerintah, ekspor, dan impor," kata Riefky.

Selain gangguan akibat pandemi Covid-19, pertumbuhan negatif di sebagian besar komponen belanja karena kita membandingkan dengan kuartal I-2020 saat pandemi belum sepenuhnya meluas di dalam negeri.

Memantau perkembangan terkini, tampak jelas bahwa satu hal yang tidak pasti dan tidak ada ekonom yang mampu memprediksi adalah potensi mutasi virus Covid-19, serta kemungkinan adanya gelombang lanjutan dari pandemi.

"Potensi munculnya gelombang lanjutan dari Covid-19 seringkali luput dari pertimbangan pemerintah atau paling tidak di level implementasi kebijakan, sampai gelombang tersebut mulai terjadi, seperti yang

terjadi di Korea Selatan pertengahan 2020 dan India di awal 2021," kata Riefky.

Hal ini cukup bisa dipahami mengingat gelombang pertama yang sudah cukup meluluhlantakkan perekonomian, yang membuat masyarakat kehilangan pekerjaan dan tabungan, serta pemerintah yang berusaha keras mencari ruang fiskal untuk mendanai stimulus.

Sehingga, adanya kemunculan tanda mulai pulihnya ekonomi, membuat seluruh aspek masyarakat tidak sabar untuk segera beraktivitas ekonomi seperti normal. Kondisi ini persis apa yang terjadi di kuartal I-2021.

Meskipun terjadi lonjakan kasus Covid-19 pada awal 2021, Indonesia mengalami kontraksi ekonomi yang lebih kecil setelah mencapai pertumbuhan terendah di kuartal I-2020.

Kemudian, memasuki kuartal II-2021, aktivitas ekonomi di Indonesia cukup kuat di tengah maraknya kasus Covid-19 sejak pertengahan Juni lalu.

Sebagai indikasi pemulihan ekonomi yang signifikan, kinerja kredit meningkat tajam sepanjang April dan Mei 2021, terutama didorong oleh peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi.

Pertumbuhan positif kredit konsumsi dan akselerasi inflasi inti menunjukkan daya beli mulai pulih, meskipun konsumen masih enggan berbelanja. Pada bulan Juni, Indonesia terus mencatatkan surplus perdagangan selama 13 bulan berturut-turut sejak Mei tahun lalu di tengah awal gelombang kedua pandemi Covid-19.

Namun, surplus transaksi berjalan diperkirakan akan tetap berada di wilayah negatif seperti pada kuartal II-2021. Sebab surplus perdagangan barang yang lebih kecil dan defisit perdagangan jasa yang terus berlanjut.

Berbeda dengan impor tahun lalu yang melemah akibat pandemi, impor barang mentah dan barang modal mulai bangkit. Kenaikan impor tersebut sejalan dengan tanda ekspansi industri untuk mendukung pemulihan ekonomi yang tercermin dari angka PMI di atas 50 sepanjang Mei-Juni 2021.

Secara keseluruhan, aktivitas ekonomi pada kuartal II-,2021 relatif kuat karena pelonggaran pembatasan sosial, stimulus pemerintah, serta momen Ramadan dan Idulfitri di tengah maraknya kasus Covid-19 belakangan ini.

LPEM memperkirakan bahwa Indonesia akan keluar dari resesi dengan ekonomi tumbuh sekitar 6,4% (yoy), dengan perkiraan berkisar dari 6,2% hingga 6,7% pada kuartal II-2021.

Namun, lonjakan tajam dalam kasus positif Covid-19 dan pembatasan sosial yang berkepanjangan sejak akhir bulan Juni diperkirakan akan menahan kemajuan pemulihan ekonomi pada sisa triwulan tahun ini, membuat prediksi pertumbuhan untuk tahun 2021 sekitar 3,2% hingga 3,9% (yoy). (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya